Saturday, 23 November 2024

Kejadian Yang Merubah Cara Pandangku Terhadap Hidup

Sudah setahun sejak ortu meninggal, banyak sekali hal yang dialami. Mulai dari yang awalnya ada muncul perasaan bersalah dan mungkin juga sedikit denial. Namun perlahan mulai menerima, meski terkadang masih mempertanyakan “Kenapa aku masih dihidupkan? padahal aku adalah salah satu anggota keluarga yang paling tidak semangat menjalani hidup”. Ketika ada bapak ibu, hidup jadi lebih bervariasi dan berarti. Bisa mengambil banyak pelajaran dari pengalaman-pengalaman beliau”.

Perasaan bersalah masih menghantui, kenapa tidak bisa merawat bapak ibu dalam satu waktu. Saat itu kedua orang tua sempat sakit dan opname di rumah sakit. Karena hanya dua bersaudara. Kakak kerja + sudah berkeluarga dan enggan merepotkan orang lain, maka saat itu sering jaga sendiri meski harus bolak-balik ruangan. 

Sempat bapak masuk ke ruang HCU dan ibu opname di ruang rawat inap. Ruang tunggu pasien HCU penuh, alhasil tidur di ruang rawat inap ibu. Memang sering dilanda cemas karena memikirkan bagaimana cara menjaga 2 pasien beda ruangan. Perasaanku campur aduk, antara frustrasi tapi juga penuh harap untuk kesembuhan kedua orang tuaku. Bahkan kesehatanku kala itu juga lagi tidak baik-baik saja. 


Berlanjut setelah keluar dari HCU, dipindahkan ke ruang rawat inap dan belum bisa jadi satu ruangan. Jadi semalaman bolak-balik dari satu ruangan ke ruangan lain. Hanya bisa pasrah dan berusaha sesuai kemampuan. 


Ada sebuah kejadian di mana saat itu benar-benar membuat syok. Ketika sedang memberikan obat ke ibu, tiba-tiba seorang penunggu pasien sebelah datang mengabarkan bahwa bapak jatuh dari tempat tidur. Bergegas langsung ke ruangan sebelah dan minta tolong perawat jaga. 


Kejadian kedua, saat itu aku tidur di ruangan ibu karena ibu sering memanggil dan minta ditemani tidur di sebelahnya. Akhirnya ku putuskan untuk pergi sejenak sampai ibu bisa tidur nyenyak. Karena saking lelahnya, aku ketiduran. Lalu dengar kabar bapak pergi sendiri ke kamar mandi padahal tidak diperbolehkan. Alhasil selang yang seharusnya tersambung jadi terlepas dan darah berceceran. Langsung panggil perawat jaga dan sempat dimarahi oleh perawatnya. Ku putuskan untuk jaga di ruangan bapak, sementara ibu tertidur pulas. 


Kalau membayangkan kejadian itu rasanya sesak, ingin nangis. Di satu sisi ibu minta ditemani supaya bisa tidur, sedangkan di satu sisi harus jaga bapak agar tidak terjadi hal-hal di luar dugaan. 


Setelah kedua orang tua pulang dari opname. Selisih beberapa hari, ibu meninggal. Awalnya sesak nafas lalu dilarikan ke rumah sakit dan ternyata nyawa beliau tidak tertolong. Kemudian satu bulan merawat bapak. Di saat itu keadaan finansial juga sedang terhambat. Perlu biaya untuk berobat, pampers, dan lain sebagainya. Tapi tetap berusaha supaya bisa sembuh namun ternyata realita berkata lain. 


Rasanya tidak percaya kehilangan dua orang yang disayang dalam satu tahun. Memunculkan rasa trauma tersendiri ketika melihat rumah sakit atau mendengar sirine ambulan. Perasaan sedih yang mendalam sampai membuat diri ini sering ngblank. Merasa belum bisa membahagiakan kedua orang tua. 


Beberapa bulan seperti mati rasa. Mungkin orang melihatku seperti orang yang tabah, sabar dan biasa saja. Sebenarnya ada kesedihan mendalam dan berusaha dipendam serta denial dengan perasaan tersebut karena harus melanjutkan hidup. Jadi ketika ada pembahasan mendalam tentang orang tua, tiba-tiba air mata menetes atau menahan tangis ketika di luar.


Tidak tahu kenapa emosi juga ikut berubah. Dulu mudah simpati, berempati namun seketika jadi muncul perasaan benci terhadap manusia atau malah bersikap apatis. Ini terjadi dalam beberapa bulan, sekitar setengah tahun lebih. Bahkan sampai sekarang masih muncul perasaan aneh tersebut.


Kini sedang berusaha untuk menghilangkan perasaan itu. Karena setiap memikirkan manusia, malah muncul kebencian beserta perasaan negatif lainnya. Namun ketika memikirkan Allah, muncullah beragam perasaan positif hingga rasa negatif tadi menepi. Selain itu, mencoba mengalihkan perhatian atau menyibukkan diri dengan aktivitas-aktivitas positif, seperti berkarya, ikut kajian, dan sebagainya. 


Mungkin “Kebencianku terhadap manusia/ orang lain adalah ketidakmampuan diri sendiri dalam mengatasi masalah yang dihadapi.” 


“Daripada menghabiskan waktu untuk membenci, lebih baik berusaha memperbaiki, masih banyak hal yang bisa dieksplor di dunia ini”


Rasa bersalah dan penyesalan adalah bukti bahwa seseorang masih menjadi manusia. Tapi akan bermasalah ketika perasaan-perasaan tersebut terus menghantui tanpa berusaha mendapatkan solusi. Terima kenyataan, ambil hikmahnya dan terus memperbaiki diri