Eksperimen

Laman ini berisi beberapa eksperimen yang pernah saya lakukan. Lepas dari kegagalan ataupun keberhasilan eksperimen, saya berharap bisa membantu diri saya sendiri maupun pembaca untuk ke depannya. Mungkin dalam ekperimen sendiri terdapat kekurangan yang tidak bisa dipungkiri karena saya manusia biasa. Silahkan beri kritik dan saran atau mungkin bisa sharing ilmu dengan meninggalkan komentar di bawah. Terimakasih atas kesediaannya mampir di blog ini.


Percobaan Ebru Art

Bahan yang dibutuhkan adalah
ember/ tube/ tempat apapun yang anti air, cat kayu (alternatif lain bisa menggunakan pigmen, cat minyak, cat kayu), lidi, air, gelatin, kertas koran.


1.      Siapkan tube atau ember untuk tempat air.
2.      Tuangkan air hangat ke dalamnya kemudian taburkan Gelatin dan aduk hingga merata. Campuran ini bisa diganti dengan gum tragacanth atau karagenan. Untuk gelatin bisa dibeli di toko bahan kimia.
3.      Air yang diberi gelatin didiamkan selama sehari semalam atau selama 2 hari atau 48 jam dalam keadaan lembab. Agar tidak terjadi gelembung di atas permukaan maka saring dengan kertas koran.
4.      Setelah itu cat kayu dapat ditorehkan di atas permukaan air ,menggunakan kuas atau pipet.
5.      Kemudian setelah gambar terbentuk kain/ kertas dibentangkan dan diletakkan di atas permukaan air. Diamkan selama 2-5 detik agar zat warna tersebut dapat menyerap ke kain atau kertas . (Sebelumnya kain direndam ke dalam tawas terlebih dahulu selama kurang lebih 20 menit lalu jemur hingga kering____ untuk kertas hanya dioleskan alum atau bisa langsung ditempelkan <kertas yang digunakan glossy, dove, atau kertas yang ada di kalender>).
6.      Cuci dengan air bersih lalu jemur hingga kering.

Catatan : percobaan ini berhasil jika diaplikasikan pada kertas akan tetapi pada kain belum berhasil. Hasil kain akan kaku dan daya raba buruk. Percobaan ini tidak berhenti sampai di sini saja, mungkin ada beberapa orang yang berminat untuk eksperimen kembali dan memperbaiki kesalahan.
Berikut adalah contoh beberapa teknik ebru art atau marbling pada kertas :



Berikut contoh pada kain katun :







Percobaan dan Inovasi dalam Teknik Batik
Pada umumnya terdapat 2 jenis zat warna yang digunakan dalam batik, yaitu zat warna alam dan zat warna sintetis. Zat warna alam diambil dari bagian-bagian tertentu pada tumbuhan seperti akar, batang, daun, serta biji buah sedangkan zat warna sintetis yang digunakan adalah remasol, indigosol dan naftol. Kali ini akan mencoba berinovasi dalam teknik batik beserta pewarnaannya. Proses pewarnaan terinspirasi dari teknik sharpie tie dye. Teknik tersebut sudah dikenal oleh orang Barat namun di Indonesia masih sedikit yang mengetahuinya.
Berikut langkah-langkahnya :

1. Siapkan kain jersey dalam keadaan bersih, malam(lilin), kuas, alkohol 70 %, pipet, stabilo dan shirt maker.
2. Lakukan Pembatikan (Sebelum pembatikan alangkah lebih baiknya di sketsa terlebih dahulu pada kertas kemudian dipindah ke kain). Teknik yang digunakan adalah batik lukis menggunakan jegul (semacam kayu yang ujungnya dibuat bercabang dengan memukulkan paku besi)
3. Lakukan Pewarnaan dengan Shirt maker, stabilo dan alkohol. Alkohol berfungsi memberikan efek.

4. Tunggu hingga benar-benar kering kemudian setelah itu disetrika. Saat ini kain diberi alas kertas agar malam tidak menempel pada setrika. Penyetrikaan berfungsi untuk mencegah warna yang luntur terlalu banyak. Setrika dengan suhu panas medium (sedang).
 





Berikut contoh sebelum diberi alkohol dan sesudahnya :
before :
after :
Selamat mencoba

Note : Percobaan ini sebenarnya masih berlanjut dan dilakukan pembenahan karena ada pewarna yang benar-benar anti luntur tanpa harus disetrika terlebih dahulu. Mengingat teknik perintangan menggunakan malam, maka media warnanya harus memudahkan agar menyingkat waktu dan tidak merubah motif (akibat penekanan saat disetrika), yakni bisa mengunakan spidol permanent.
Kain bisa diuji cobakan pada katun, sutera, kaos atau kain-kain yang memiliki daya serap tinggi.

Letak kesalahan : shirt maker tidak tahan pada pencucian dalam suhu 60 % C, padahal suhu yang diperlukan untuk pelorodan bisa mencapai 100% C. Hal ini menyebabkan banyak warna yang luntur saat pelorodan berlangsung sehingga warna tampak transparan atau samar-samar.
Proses setrika seharusnya tidak ada karena dapat merusak malam.

Berikut percobaan menggunakan spidol permanent (warna biru, hitam) dan alkohol dengan kadar 95 %. Namun teknik batik tidak diterapkan pada percobaan yang satu ini :



2 comments: