Langit tampak sedikit mendung. Bintang-bintang pun
tak menyapa malam itu. Aku duduk termenung di teras rumah, sambil merasakan
hembusan angin berlalu lalang. Aku adalah seorang perempuan berumur 19 tahun.
‘Nata’, itulah panggilanku. Kata orang, aku punya sifat yang unik, istimewa dan
berbeda. Seorang pendiam, selective mutism dan tak mudah bersosialisasi.
Kesunyian malam, membawa jiwaku menuju ketenangan.
Lantas diriku bernyanyi, hingga tanpa sadar suaraku terdengar keras oleh
seseorang yang lewat di depan rumahku. Dalam hati, aku sangatlah malu.
Tidak kusangka, dia berjalan menghampiri diriku. Aku
menundukkan kepala dan berharap dia berubah pikiran. Perasaanku sudah tidak
karuan, apa yang akan aku perbuat jika orang tersebut marah karena terganggu
dengan suara ku.
“Hei, kenapa kau tundukan kepalamu? Apakah
langit-langit akan runtuh?” Tanya nya sambil bergurau. Aku hanya bisa diam,
gurauannya tidak dapat melebur rasa takut ku. “Hello.. ada orang tanya ya
dijawab dong!!” . “I-y-a, eh ndak.. ndak apa-apa” Kataku terbata-bata.
Beberapa saat kemudian, ia tertawa
terpingkal-pingkal. Aku bingung dan memutar balik otakku, entah apa yang
membuatnya begitu. Setelah menyelesaikan tertawanya, ia pun duduk di samping
ku. “Nata.. Nata… , suara mu tadi merdu sekali, sebelumnya aku tak pernah
mendengar kau bernyanyi” Ujarnya. Dalam hati, ku bergumam bahwa dia menyindirku
dengan perkataan manisnya dan sebenarnya suaraku fals.
No comments:
Post a Comment