Menit berganti menit. Keheningan mulai muncul di permukaan.
Sudah satu jam mereka saling diam dalam dinginnya malam . “Aku ingin mengatakan
sesuatu agar dia pergi tapi mulut ini terasa kaku” Batin Nata.
Tiba-tiba lelaki tersebut berdiri dan membalikan tubuhnya
meninggalkan Nata tanpa sepatah kata pun. “Ada apa dengannya? Apakah aku
membuat kesalahan? Apa yang harus aku lakukan? “ Tanya Nata dalam hati.
Sepanjang malam ia selalu memikirkan lelaki tadi. Lelaki tanpa nama nan penuh
makna. “Bahkan aku belum tahu namanya, oh.. sungguh tak sopan sekali diriku.
Seandainya ada mesin waktu, aku akan meberanikan diri untuk berbicara
kepadanya”.
Di sudut yang lain, sang lelaki memikirkan hal yang sama dengan Nata. Ia merasa bersalah dan kecewa pada sikapnya. “Gadis yang lugu, tak seharusnya ku perlakukan dia seperti itu. Sial!! Pasti dia akan punya persepsi negatif terhadap ku ” Gumamnya.
Di sudut yang lain, sang lelaki memikirkan hal yang sama dengan Nata. Ia merasa bersalah dan kecewa pada sikapnya. “Gadis yang lugu, tak seharusnya ku perlakukan dia seperti itu. Sial!! Pasti dia akan punya persepsi negatif terhadap ku ” Gumamnya.
Satu minggu pun berlalu, Nata dihantui oleh perasaannya
sendiri. Perasaan bersalah itu sampai hinggap di dalam setiap tidurnya. Ia
selalu memimpikan sesuatu yang buruk akan dilakukan oleh lelaki tersebut. Mimpi
buruknya bervariasi, mulai dari dianiaya hingga hampir dibunuh.
“Kali ini aku tidak boleh tidur!!” . Keheningan malam
membuatnya teringat pada ujian esok hari. “Lebih baik belajar buat besuk, pasti
bakal banyak materi yang dapat ku serap” ujarnya sambil membolak-balikan buku
geografi.
No comments:
Post a Comment