Saturday, 12 April 2014

Berbagi Pengalaman "Rasanya Jadi Saksi Pemilu"

Wah sudah lama sekali ndak posting di blog lantaran beberapa dekade kemarin sedang diserang badai tugas tiada henti (tapi masih sempat-sempatnya fb'an :3 ).
Oh ya, kali ini mau berbagi pengalaman seputar pemilu. Tepat tanggal 9 April negara kita lagi punya 'gawe' yaitu pemilu legislatif. Kini kedua kalinya saya mendapatkan hak untuk memilih karena sudah cukup umur. Pertamanya adalah pemilihan gubernur dan hanya menjadi peserta. Namun ada yang berbeda, tahun ini saya mendapatkan amanat untuk jadi saksi.


Awalnya, kakak saya diajak oleh tetangga kemudian saya juga ditawarkan apakah mau ikut jadi saksi juga. Lalu saya memutuskan ikut untuk menambah pengalaman. Sempat ada bayang-bayang ketakutan sebab sebelumnya belum pernah jadi saksi, takut kalau salah -_-.

Setelah beberapa hari kemudian, mendekati hari H, saya dan kakak diundang untuk menghadiri sosialisasi. Di sana, kita diberitahu syarat menjadi seorang saksi, salah satunya adalah sudah pernah ikut pemilu dan punya hak untuk nyoblos. Selain itu, kita harus menyerahkan surat mandat ke ketua KPPS sebelum hari H dan datang lebih awal.

Langsung saja, keesokan harinya di TKP. Seorang anggota memberi kartu tanda pengenal dan para saksi dipersilahkan duduk tepat di depan kotak suara. Sebelum dibuka, saksi disuruh memeriksa segel pada kotak tersebut. Semuanya berjalan dengan lancar.

Menit berganti jam, kami pun menunggu hingga pemungutan suara berakhir. Kita hanya duduk dan mengamati selama berjam-jam. Urusan makanan sudah dijamin oleh pihak-pihak tertentu.
Seperti biasa, saya lebih banyak diam alhasil sampai ada yang berkata 'mbak, kok dari tadi diem aja'. Entah bagaimana saya harus menjawab, saya hanya bisa tersenyum. Terkadang ada saksi yang mengajak bicara, terkadang saya harus memberanikan diri untuk bicara agar dapat mengusir kebosanan. Tapi apa daya, saya hanya bisa melakukan semampuku.

Tiba saatnya perhitungan suara akan dimulai. Kami beristirahat dahulu sambil mempersiapkan alat tulis untuk mencatat dan tanda tangan.
Di sela-sela istirahat, ada seorang saksi baru. Dia datang membawa sebuah buku dan bolpoint. Sebut saja si Z. Ketika saksi di dekatku berbicara dengan mbak Z, ku diam mendengarkannya. Kemudian tiba-tiba saksi yang di dekatku pergi untuk beberapa urusan. Terjadilah keheningan di tengah derasnya hujan.

Pikiranku mulai mengorak-arik kata dan hati memantapkan diri untuk berani memulai sebuah percakapan. Berawal dari percakapan ringan seperti menanyakan tempat tinggal, akhirnya saya melebur. Kami jadi sedikit akrab. Tidak hanya melebur dengan orang-orang di dekatku tapi juga melebur ke dalam suasana perhitungan suara. Kami mengamati, mencatat dan berkata sah tidaknya surat suara.

Hampir saja saya salah ketika mencatat tapi untungnya mbak Z mengingatkan dan ku bisa memperbaiki rekapannya. Proses perjalanan itu memang perlu konsentrasi namun celah-celah canda tawa saat istirahat bisa meregangkan otak yang berjam-jam telah beku hehe.
Matahari mulai bosan mengamati kegiatan kami alias malam telah datang. Tidak terasa waktu semakin larut namun tugas masih nambah terus -_-.
Seusai perhitungan suara, kami harus menunggu formulir C1 untuk diserahkan ke parpol masing-masing beserta rekapannya. Perjuangan belum berakhir, kami harus menandatangani lembar demi lembar. Baru kali ini tanda tangan sampi berlipat-lipat. Tidak terima satu atau sepuluh lembar, ini ratusan lembar.

Biasanya tanda tangan untuk absen kuliah, ini dikejutkan dengan berkas tebal.   
Akhirnya selesai juga tanda tangannya tapi harus menyalin lagi di lembaran yang baru diberikan. Form terdiri dari 4 lembar, yaitu DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kota dan DPD serta ditambah dengan 1 lembar berita acara. Keseluruhannya itu harus sudah ditandatangani oleh ketua KPPS, anggota beserta saksi.

Kurang lebih jam sepuluh an, saya baru menyerahkan berkas tersebut ke tempatnya. Dari pukul 06.30 WIB hingga pukul 22.00 WIB hinggap di sarang TPS. Entah kenapa waktu sampai di rumah tidak terasa lelah, padahal saat di TKP rasanya energiku seperti tinggal beberapa watt.
Meskipun capek tapi rasanya seperti hidup, nambah pengalaman dan bisa mengambil hikmah untuk lebih menghargai sesuatu.

No comments:

Post a Comment