1. Deskripsi
Karya
Menurut sejarahnya , di daerah Cirebon terdapat pelabuhan yang ramai
disinggahi berbagai pendatang dari dalam maupun luar negeri. Berawal ketika
Pelabuhan Muara Jati (kini disebut Cirebon) dijadikan tempat persinggahan para
pedagang asing seperti dari Tiongkok, Arab, Persia dan India.Masuknya para
pedagang asing ini kemudian menciptakan asimilasi dan akulturasi beragam budaya
dan menghasilkan banyak tradisi baru seperti batik Cirebon.Salah satu pendatang
yang cukup berpengaruh adalah pendatang dari Cina yang membawa kepercayaan dan
seni dari negerinya.
Dalam sejarah diterangkan bahwa Sunan Gunung Jati yang mengembangkan ajaran Islam di daerah Cirebon menikah dengan seorang putri Cina bernama Ong Tie. Istri beliau ini sangat menaruh perhatian pada bidang seni, khususnya keramik. Motif-motif pada keramik yang dibawa dari negeri Cina akhirnya mempengaruhi motif-motif batik hingga terjadi perpaduan antara kebudayaan Cirebon-Cina.
Pernikahan Sunan Gunung Jati dengan ratu Ong Tien dari Cina menjadi perantara masuknya budaya Cina ke kerajaan Cirebon. Sejarah batik di Cirebon terkait erat pula dengan proses asimilasi atau pertukaran budaya serta tradisi religius. Itu terjadi sejak Sunan Gunung Jati menyebarkan agama Islam di Cirebon pada abad ke-16.
Motif Mega Mendung yang pada mulanya sering berunsurkan warna biru diselingi
warna merah melukiskan maskulinitas dan suasana dinamis, sebab dalam metode
pembuatannya ada campur tangan laki-laki. Kaum laki-laki anggota tarekatlah
yang pada mulanya merintis tradisi batik.Warna biru dan merah tua juga
melukiskan psikologi masyarakat pesisir yang lugas, terbuka dan egaliter,
selain itu juga warna biru disebut juga menyimbolkan warna langit yang luas,
bersahabat dan tenang dan pembawa hujan yang dinanti-nantikan sebagai pembawa
kesuburan dan pemberi kehidupan.
Membatik pada mulanya dikerjakan oleh para tarekat yang mengabdi di Keraton, sebagai sumber ekonomi untuk membiayai kelompok tarekat tersebut.Para pengikut tarekat tinggal di desa Trusmi dan sekitarnya.Desa Trusmi terletak kira-kira 4 km dari Cirebon menuju ke arah Barat Daya atau menuju ke arah Bandung, oleh sebab itu hingga sekarang batik Cirebon identik dengan batik Trusmi.
Motif mega mendung melambangkan pembawa hujan yang din anti-nantikan sebagai pembawa kesuburan, dan pemberi kehidupan.Motif ini didominasi dengan warna biru, mulai dari biru muda hingga biru tua.Warna biru tua menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan, pemberi penghidupan, sedangkan warna biru muda melambangkan semakin cerahnya kehidupan.Gradasi warna pada batik Cirebon ini merupakan pengaruh dari budaya Cina yang juga Nampak pada ragam hias lainnya seperti wadasan dan Utah-utahan.
Awal mulanya, motif ini hanya dipakai dalam lingkup keraton ataupun para bangsawan. Seiring perkembangan zaman, motif mega mendung meluas hingga ke masyarakat Cirebon maupun di luar kota Cirebon.
2. Analisa Formal
a. Visualisasi :
Original warna motif batik mega mendung merah dan biru |
b. Analisa
Bentuk : pada motif mega mendung digambarkan garis lengkung dari bentuk
garis lengkung yang paling dalam (mengecil) kemudian melebar keluar (membesar)
yang menunjukkan gerak teratur dan harmonis serta tidak boleh terputus. Dalam
sisi produksi mengharuskan bentk garis lengkung mega mendung bertemu pada satu
titik lengkung berikutnya agar pewarnaan bisa lebih mudah.
c. Analisa Warna : pada saat itu banyak dijumpai juragan-juragan batik keturunan Cina. Warna-warna dominan pada batik ini pada umumnya merah, biru, hijau dan putih yang sebenarnya merupakan corak warna khas Batik Pesisisir.
d. Analisa Bahan : notabene pembuatan batik mega mendung ini menggunakan kain katun. Namun tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan jenis kain yang lainnya.
e. Analisa Proses :proses produksi batik mega mendung ini pada awalnya dengan teknik batik tulis dan cap. Namun seiring perkembangan zaman, mulai ada batik bermotif mega mendung dengan menggunakan teknik printing.
f. Analisa Fungsi : ketika awal mula munculnya batik mega mendung tersebut, berfungsi untuk busana dalam ruang lingkup keraton. Seiring berjalannya waktu, fungsi tersebut berkembang sesuai kebutuhan masyarakat seperti tas, sandal dan lain-lain. Contoh produk seperti gambar di bawah ini :
3. Interpretasi Penafsiran
Menurut H. Komarudin Kudiya S.IP, M.Ds. Ketua Harian Yayasan Batik Jawa
Barat, nilai-nilai dasar dari batik motif Mega Mendung adalah :
1. Nilai
Penampilan (appearance) atau nilai wujud yang melahirkan benda seni.
Nilai ini terdiri dari nilai bentuk dan nilai struktur. Nilai bentuk yang bisa
dilihat secara visual adalah motif Mega Mendung dalam sebuah kain yang indah
terlepas dari penggunaan bahan berupa kain katun atau kain sutera. Sementara
dalam nilai struktur adalah dihasilkan dari bentuk-bentuk yang disusun begitu
rupa berdasarkan nilai esensial. Bentuk-bentuk tersebut berupa garis-garis
lengkung yang disusun beraturan dan tidak terputus saling bertemu.
2. Nilai
isi (Content) yang dapat terdiri atas nilai pengetahuan (kognisi),
nilai rasa, intuisi atau bawah sadar manusia, nilai gagasan, dan nilai pesan
atau nilai hidup (values) yang dapat terdiri dari atas moral,
nilai sosial, nilai religi.
Pada bentuk Mega Mendung bisa kita lihat garis lengkung yang beraturan secara teratur dari bentuk garis lengkung yang paling dalam (mengecil) kemudian melebar keluar (membesar) menunjukkan gerak yang teratur harmonis.Bisa dikatakan bahwa garis lengkung yang beraturan ini membawa pesan moral dalam kehidupan manusia yang selalu berubah (naik dan turun) kemudian berkembang keluar untuk mencari jati diri (belajar/menjalani kehidupan sosial agama) dan pada akhirnya membawa dirinya memasuki dunia baru menuju kembali kedalam penyatuan diri setelah melalui pasang surut (naik dan turun) pada akhirnya kembali ke asalnya (sunnatullah).Sehingga bisa kita lihat bentuk Mega Mendung selalu terbentuk dari lengkungan kecil yang bergerak membesar terus keluar dan pada akhirnya harus kembali lagi menjadi putaran kecil namun tidak boleh terputus.
1. Terlepas
dari makna filosofi bahwa Mega Mendung melambangkan kehidupan manusia secara
utuh sehinga bentuknya harus menyatu. Dilihat dari sisi produksi memang
mengharuskan kalau bentuk garis lengkung Mega Mendung harus bertemu pada satu
titik lengkung berikutnya agar pada saat pemberian warna pada proses yang
bertahap (dari warna muda ke warna tua) bisa lebih memudahkan.
2. Nilai
Pengungkapan (presentation) yang dapat menunjukkan adanya nilai bakat
pribadi seseorang, nilai ketrampilan, dan nilai medium yang dipakainya. Ungkapan
yang ditampilkan oleh senimannya berupa proses batik yang begitu indah dengan
memberikan goresan lilin lewat alat yang dinamakan canting terbuat dari bahan
tembaga tipis yang dibentuk secara hati-hati sehingga lilin panas yang melewati
ujung canting bisa mengalir dengan lancar. Paduan unsur warna yang harmonis
dengan penuh makna bagi siapa yang melihatnya. Unsur warna biru yang kita kenal
dengan melambangkan warna langit yang begitu luas, bersahabat dan tenang.
Ditambah lagi dengan ada yang mengartikan bahwa biru melambangkan kesuburan
sehinga warna batik Megamendung pada awalnya selalu memberikan unsur warna biru
diselingi dengan warna dasar merah
Selain itu, motif tersebut juga dapat mengandung makna yaitu awan yang
mendung menjelang hujan memberi kesan terasa dingin atau adem sehingga
filosofinya kita harus dapat meredam amarah agar hati terasa sejuk dan
mendinginkan pikiran.
Melihat motif mega mendung yang begitu memiliki nilai filosofis tinggi,
maka perlu dijaga dan berhati-hati dalam mengaplikasikan motif tersebut. Kurang
pantas apabila motif tersebut diterapkan pada objek-objek yang tidak semestinya
seperti sandal. Hal ini akan dapat mengubah nilai filosofis tersendiri dan
memandang motif mega mendung hanya untuk nilai estetisnya saja.
4. Kesimpulan
Verifikasi
Dari berbagai rincian di atas, dapat disimpulkan bahwa latar belakang
tradisi budaya masyarakat Cirebon dimana wilayahnya dekat dengan perairan dan
terdapat pelabuhan yang ramai disinggahi, sehingga kemungkinan besar mendapat
pengaruh dari budaya asing seperti Cina.
Motif mega mendung merupakan hasil dari proses asimilasi atau pertukaran
budaya serta tradisi religius antara unsur Cina dan Islam. Oleh karena itu,
warna-warna yang digunakan, notabene adalah warna selera Cina.
Sebagai wujud apresiasi terhadap motif tersebut, maka perlu berhati-hati dalam
menerapkannya pada suatu objek. Karena motif mega mendung mengandung makna
simbolis dan berbeda dengan motif-motif lainnya.
Sumber :
Prasetyo, Anindito.2010.Batik Karya Agung Warisan Budaya Dunia.Yogyakarta:Penerbit
Pura Pustaka.
Sandari, Koko dan Yusmawati.1999.Batik Pesisir.Jakarta:Departemen
Pendidikan Nasional.
Wulandari, Ari.2011.Batik Nusantara.Yogyakarta:Penerbit ANDI
google.com/filosofi batik mega mendung
No comments:
Post a Comment