Monday 11 February 2019

Meningkatkan Ketertarikan Diri Sendiri terhadap Budaya Literasi

Halo sobat blogger, adakah diantara kalian yang masih malas membaca? Memang kegiatan tersebut sering dianggap membosankan bagi sebagian orang. Padahal ada beragam manfaat yang bisa dipetik, satu diantaranya mampu meredakan stres.

Mengingat akan aktivitas membaca, masyarakat Tanah Air masih memiliki minat baca yang rendah. Dikutip dari kompas.com menurut studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara terkait minat membaca. Padahal sudah banyak infrastruktur disediakan oleh pemerintah, layaknya perpustakaan dan mobil keliling. Bahkan mulai muncul perpustakaan mini di kafe, ruang tunggu rumah sakit hingga tempat-tempat publik lainnya.

Sulit sekali menumbuhkan hasrat membaca, namun di era informatika sebenarnya sadar atau tidak, banyak masyarakat suka membaca artikel di timeline sosial media, blog, dan quote (update status friendlist :D). Sungguh disayangkan juga, ritual membaca 'judulnya saja' membawa dampak negatif bagi para netizen. Ditambah lagi bermunculan blog dengan modal copy paste untuk menaikkan ranking di halaman pencarian Google (bisa buat bahan koreksi diri).

via shutterstock.com


Lantas bagaimana caranya supaya masyarakat Indonesia menunjukkan kecintaannya terhadap dunia literasi? Nah, si blogger tidak dapat berbuat banyak untuk menjawab pertanyaan sebelumnya, sebab si blogger juga punya masalah yang sama hehe.

Awalnya si blogger hanya menyukai bacaan tertentu saja. Kalau tidak ada ilustrasinya, si blogger enggan sekali melirik buku tersebut. Tidak heran bila saat itu si blogger hanya menyukai komik dan cerpen ilustrasi di surat kabar. Selain kesenangan sesaat, kegiatan membaca dilakukan karena 'mau tidak mau' sudah bergelut di dunia akademis.

Waktu membaca juga tidak bisa bertahan lama, kurang lebih 1-2 jam untuk buku pelajaran sedangkan novel malah memakan waktu berjam-jam. Meski demikian, jarang sekali menuntaskan sebuah novel. Baru akhir-akhir ini, tuntas baca novel serial petualangan Sherlock Holmes. Ada euforia tersendiri apabila sudah menghabiskan 1 buah novel, jadi punya keinginan membaca serial lainnya.

Jadi teringat kalimat mbak Najwa Shihab, "Hanya perlu satu buku, supaya kamu jatuh cinta pada membaca". Setelah dipikirkan, ternyata ada benarnya juga.

Berikut beberapa kiat yang bisa kalian lakukan untuk meningkatkan ketertarikan terhadap budaya membaca.

1. Membaca Ringan

Maksudnya membaca tulisan yang ringan, semisal ; quote, meme, komik, cerpen atau artikel pendek lainnya. Aktivitas ini dilakukan bertahap dan topiknya tidak berat.

2. Menulis Topik yang Disukai

Hampir setiap orang pernah menulis, entah menulis di buku diary, update status di sosial media dan lain sebagainya. Mulai menulis curahan hati di buku diary, bisa jadi sarana untuk memulai gerakan literasi skala kecil. Sebenarnya, kemunculan sosial media juga memberikan dampak positif apabila digunakan secara tepat.

Lambat laun kegiatan menulis menjadi kebiasaan dan hasil tulisan semakin meningkat. Berawal dari curhatan, bisa dikembangkan dalam bentuk cerpen, puisi dan novel. Keinginan menulis menimbulkan perasaan ingin tahu terhadap sesuatu.

Membaca dan menulis memang tidak dapat dipisahkan, jika seseorang mau menuliskan topik terentu, diperlukan beberapa refrensi untuk memperkuat tulisan yang dibuatnya. Selain itu, banyak membaca dapat memperkaya kosa kata sehingga tulisan menjadi mudah dipahami serta enak dibaca.

3. Ngblog

Menuangkan tulisan di blog akan memberikan kesenangan tersendiri bagi para blogger. Tidak hanya menulis, blogger juga bisa memperindah postingan sesuai keinginan agar pengunjung nyaman saat membaca.

Aktivitas ngblog tanpa sadar memunculkan benih-behih suka membaca pada diri sendiri. Ditambah lagi kesenangan bisa berbagi informasi yang bermanfaat, membuat si blogger ingin belajar menekuni bidang ini.

4. Membaca Sambil Berimajinasi.

Mengapa membaca novel lebih menarik daripada membaca buku pelajaran? Karena novel bisa membawa imajinasi para pembaca lebih dalam dengan alur cerita. Selain itu, penyusunan kata dalam novel mudah dipahami serta lebih akrab bagi pembaca. Sedangkan buku pelajaran, banyak sekali menggunakan kata-kata yang tidak terlalu dimengerti dan berbelit-belit. Menjabarkan sesuatu panjang lebar tapi kurang bisa menggiring pembaca untuk memahaminya.

Masalah "minat baca" masih menjadi kendala, terutama bagi kita yang lebih suka menikmati karya visual. Soalnya si blogger sendiri juga pernah mengalaminya. Namun kurangnya minat baca bisa diatasi dengan menambahkan ilustrasi hingga membuat typografi. Tulisan akan terlihat lebih menarik ketika dikemas menggunakan sentuhan kreativitas.

Di era informasi, sosial media semakin ramai dikunjungi. Sarana tersebut bisa dijadikan sebagai pendukung gerakan literasi dan ajang berprestasi.

Cukup sekian dulu sobat blogger. Oh ya, pesan buat para blogger dan netizen di seluruh jagat maya, bagikan konten-konten positif yang inspiratif.

Terimakasih sudah berkunjung :) Semoga bermanfaat





3 comments:

  1. Kalau ada film dan novel dengan judul yang sama, mana duluan yang mbak blogger pilih?

    Kalau aku pilih buku dulu..

    Sebab buku punya cerita lebih lengkap. Misalnya Harry Potter, cerita asli banyak dipotong dalam filmnya. Jadi lewat buku itu kita bisa membaca lebih lengkap..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pilih film dulu.

      Menurutku film seperti pengantar untuk membaca bukunya...

      Delete
    2. Saya sih film,,,karena jujur aja mata saya kurang kalo dibuat membaca hehehehe

      Delete