Sunday 21 September 2014

Menulis Karya Ilmiah Yang Baik dan Benar



 Abstrak
Kegiatan tulis- menulis pada umumnya sering kita temukan dalam berbagai bidang. Dari kegiatan tersebut, mahasiswa dapat menuangkan ide dan gagasan ke dalam sebuah karya tulis sehingga ide tersebut dapat diketahui oleh orang lain. Dalam menyampaikan gagasan agar mudah dipahami dengan jelas, oleh sebab itu mahasiswa dituntut untuk membuat karya ilmiah yang baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Upaya ini sudah dilaksanakan oleh beberapa civitas akademik dan lembaga-lembaga lainnya demi meningkatkan kualitas karya serta kemampuan menulis mahasiswa.

Kata Kunci : Karya ilmiah, kemampuan menulis mahasiswa

A.    Pendahuluan
Seringkali seseorang mempunyai paradigma bahwa menulis itu sangat sulit. Menulis tidaklah sulit karena setiap orang yang tidak buta aksara pasti pernah menulis untuk dibaca dan dipahami orang lain. Meskipun demikian, menulis juga tidaklah mudah sebab harus sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan serta dapat dipertanggungjawabkan.
Menulis merupakan sarana pengembangan diri mahasiswa dalam masing-masing bidang yang ditekuninya. Dengan adanya proses menulis, akan menjadikan mahasiswa dapat mengembangkan ide, meningkatkan kemampuan intelektual dan memahami prodi yang sedang digelutinya. Sehingga segala upaya dilakukan agar mahasiswa erat dengan dunia tulis-menulis, baik menulis karya ilmiah maupun non ilmiah.
Kecakapan menulis seseorang sebenarnya dapat diusahakan dengan banyak berlatih menulis. Apabila kita sering berlatih menulis maka tulisan kita semakin meningkat menjadi lebih baik. Di samping itu hasil tulisan akan mudah dipahami oleh pembaca. Dalam hal ini harus mampu mempertanggungjawabkan apa yang kita tulis.
Melalui karya tulis, seseorang akan dapat menilai kemampuan berbahasa seseorang secara keseluruhan. Baik dari segi masalah penggunaaan ejaan, pemakaian kosa kata, penggunaan kata yang tepat, kemampuan membuat kalimat, dan sebagainya. Sehingga sebagai mahasiswa, sangatlah penting untuk mengetahui, memahami, dan menerapkan teknik membuat tulisan.
Dalam perguruan tinggi, dosen sering memberikan tugas yang berkaitan dengan menulis terutama karya ilmiah. Penulisan karya ilmiah tidak lepas dari penggunaan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Akan tetapi membuat kalimat efektif tidak gampang  karena diperlukan ketrampilan tersendiri. Selain itu, pada kalimat efektif harus memiliki unsur-unsur yang lengkap serta mengandung unsur subjek dan predikat.
Pada penulisan sebuah karya ilmiah terdapat dua macam yaitu karya ilmiah yang didasarkan pada penelitian terlebih dahulu dan karya ilmiah tanpa penelitian terlebih dahulu karena sebelumnya sudah dilakukan penelitian oleh pihak lain.

B.     Langkah-langkah Pengumpulan dan Penyusunan Bahan Tulisan
Sebelum membuat sebuah karya ilmiah, kita memerlukan bahan ataupun refrensi agar kita paham terhadap apa yang akan kita tulis. Pengumpulan dan penyusunan tersebut meliputi studi kepustakaan, perumusan ide/ permasalahan yang merupakan bagian dari pengantar, perumusan hipotesis, dan perumusan hasil yang diharapkan dan analisis statistik. Langkah awal dalam pembuatan karya tulis ialah studi kepustakaan, dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mencari data dari buku, browsing di internet, observasi dan lain-lain.   
Sebelum melakukan studi kepustakaan, kita terlebih dahulu menentukan tema yang tepat . Dalam menentukan tema, kita harus memilih tema yang menarik perhatian penulis serta pembaca, data mudah dicari, obyektif, dan baru atau sedang hangat diperbincangkan.
Tahap selanjutnya merumuskan ide/permasalahan. Perumusan ide/ permasalahan adalah bagian dari Pengantar. Akan lebih baik hasilnya jika dilandasi studi kepustakaan yang memadai. Tanpa hal itu, akan sangat mungkin permasalahan penelitian cenderung hanya berdasarkan logika dan akal sehat, sehingga permasalahan yang dirumuskan menjadi dangkal serta tanpa konteks.
Perumusan masalah yang baik harus diberi konteks sebelum masalah dipaparkan dan alasan penelitian dikemukakan. Yang dimaksud konteks di sini adalah penggambaran latar belakang sampai timbulnya permasalahan. Rumusan masalah memuat alasan mengapa penelitian perlu dilakukan dan biasanya dikemukakan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan.
Menurut Day (1979) pengantar harus mengandung hal-hal sebagai berikut : (1) sifat dan skop; (2) kepustakaan yang berhubungan dengan permasalahan (harus ditinjau); (3) cara penelitian (harus diungkapkan; (4) hasil utama penelitian (harus dinyatakan; hal ini merupakan tambahan setelah penelitian selesai dan diketahui hasilnya). Maka bisa disimpulkan bahwa perumusan masalah dirunut yang ada serta bukti-bukti pustaka mengarah pada kesimpulan akan perlunya dilakukan penelitian untuk memecahkan masalah.
Langkah selanjutnya yaitu perumusan hipotesis berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu dan hasil penelitian yang diharapkan. Menurut (Loeke, Spirduso dan Silverman, 1987; dalam Rudestam & Newton, 1992), hipotesis yang baik harus : a) bebas dari kedwiartian (arti ganda); b) mengungkapkan hubungan antara dua variabel atau lebih; c) berimplikasi tes empirik. Serta bisa mengandung pertanyaan penelitian dengan hipotesis, tetapi bisa juga hanya pertanyaan penelitian tanpa hipotesis.
Tahap akhir dari penyusunan karya ilmiah ialah perumusan hasil yang diharapkan dan analisis statistik, dibuat dalam proposal /usulan penelitian. Hal ini berguna untuk mempersiapkan, memperbaiki, menambah, dan mengurangi variabel yang akan dikumpulkan selama penelitian. Sebaiknya perumusan hasil yang diharapkan dan analisis statistik dilakukan dengan membuat tabel-tabel. Hal ini akan membantu format pengumpulan data dan pemasukan data ke komputer sebagai data base yang akan diolah lebih lanjut.
C.    Kerangka Karangan
Setelah semua data terkumpul, kemudian dilanjutkan dengan membuat kerangka karangan. Kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu tulisan yang akan dikerjakan. Manfaat dari kerangka karangan antara lain untuk menyusun tulisan secara teratur, memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda, menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih, kecuali untuk memantapkan suatu bahasan, memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu.
Terdapat dua model sistematika penulisan makalah yaitu model makalah sederhana dan model makalah lengkap. Model makalah sederhana : 1) halaman Judul dan identitas universitas/ kampus; 2) pendahuluan ; 3) kajian teori dan pustaka; 4) pembahasan; 5) simpulan; 6) daftar pustaka; 7) lampiran. Sedangkan model makalah lengkap : halaman judul, nama penulis dan NIM, kata pengantar, daftar isi, abstrak (bahasa inggris atau bahasa indonesia), pendahuluan, kajian teori dan pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, simpulan dan saran, daftar pustaka, lampiran (apabila diperlukan).
D.    Langkah-langkah Mengembangkan Tulisan
Meyers (2006 : 3) berpendapat bahwa untuk dapat terampil menulis, umumnya ada enam langkah yang harus dilalui, yaitu mengeksplorasi ide-ide, prapenulis, mengorganisasi, menulis draf pertama, merevisi draf, memproduksi tulisan akhir.
Sebelum mulai menulis, pertama kali yang harus dilakukan adalah menemukan ide-ide. Ide-ide tersebut harus dikembangkan secara bebas, pikiran-pikiran atau gagasan-gagasan yang terpikirkan kapanpun dan dimanapun kita berada. Ada tiga pertanyaan dalam mengembangkan ide ini yakni Apa subjeknya, apa tujuannya, dan siapa pembacanya.
Prapenulis adalah menyusun ide-ide secara tepat tanpa menghiraukan tata bahasa, pilihan kata, ejaan, dan aturan penulisan yang lain. Ada  beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan, yaitu brainstorming, clustering, dan freewriting. Brainstorming adalah satu cara menangkap ide-ide dengan mendaftar semua gagasan yang datang. Dalam clustering, kita akan menulis subjek di tengah halaman lalu melingkarinya, kemudian menuliskan ide-ide primer yang berhubungan dengan subjek itu di sekitar lingkaran subjek tersebut sebagai cabang-cabang, kemudian ide-ide sekunder di sekitar ide primer sebagai cabang berikutnya. Dalam freewriting, kita dapat menulis dengan sederhana tentang subjek tanpa mengkhawatirkan tata bahasa, ejaaan, ataupun logika. Tulisan boleh tidak terorganisasi yang penting secara cepat ide dapat terakomodasi.
Setelah ide-ide tersusun dalam kata-kata, langkah selanjutnya ialah mengorganisasi ide tersebut. Proses ini meliputi pemilihan, pengurangan, dan penambahan ide-ide, kemudian membuat kerangka (outline) isi ide tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum menyusun kerangka adalah (1) memberikan garis bawah pada ide-ide terbaik yang berada di daftar brainstorming; (2) pilih bagian dari diagram clustering yang memiliki ide terbaik; (3) fokuskan bagian freewriting yang terbaik dan identifikasi lebih spesifik serta tambahkan secara lebih detail.
Kemudian tulislah dengan cepat hasil pengorganisasian di atas seperti kita berbicara dengan orang lain. Biarkan terlebih dahulu susunannya terbalik yang terpenting outline dapat dikembangkan terlebih dahulu.
Merevisi artinya meningkatkan atau memperbaiki apa yang telah ditulis dari draf sebelumnya. Pada tahap ini diperlukanpenyusunan kembali ide-ide, pengembangan ide lebih jauh, memotong ide yang tidak mendukung topik yang dibahas, dan mengubah serta membenarkan kata-kata maupun kalimat-kalimat yang kurang sesuai. Ini berarti topik harus dikembangkan dengan baik, setiap kalimat saling berhubungan secara logis dan halus. Termasuk juga dalam pilihan kata, bentuk kata, dan tata bahasa.
Ada dua hal yang dilakukan ketika memproduksi tulisan akhir yaitu mengedit dan mengoreksi cetakan percobaan.
E.     Dasar Kebahasaan
Kemampuan menggunakan kosakata dan istilah yang tepat, kemahiran menyusun kalimat yang efektif, dan kemampuan menuliskannya dalam paragraf yang baik harus dimiliki oleh penulis. Hal ini sangat diperlukan mahasiswa untuk menunjang mereka dalam melakukan kegiatan tulis-menulis agar karya tulis mudah dipahami dan jelas.
Pilihan kata (diksi) adalah kata-kata  yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentukpengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat ataui menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat dan gaya paling baik digunakan dalam suatu situasi (Keraf, 1984: 24). Penggunaan kata-kata yang tepat sesuai dengan nuansa makna dan situasi ( bergantung pada penguasaan kosakata ). Memperbanyak kosakata dapat dilakukan dengan banyak membaca.
Gaya bahasa atau style adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam berbicara atau menulis, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra, cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan (Hasan, 2007: 340). Gaya bahasa ini bersifat individu dan dapat juga bersifat kelompok. Gaya bahasa individu disebut idolek sedangkan yang bersifat kelompok disebut dialek. Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi,watak, dan kemampuan seseorang ataupun masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut. Ada kaitan antara ragam bahasa dengan gaya bahasa. Ragam bahasa terjadi karena varian pemakaian bahasa.
Selain itu dalam kegiatan menulis, dituntut menggunakan kalimat efektif. Syarat-syarat kalimat efektif yakni secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan penulis dan sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pembaca seperti apa yang dipikirkan oleh penulis. Apabil kedua syarat ini terpenuhi maka tidak akan terjadi kesalah pahaman di antara mereka.
Berkaitan dengan penulisan ilmiah maka bahasa Indonesia yang baku pada umumnya mempunyai ciri-ciri : subjek dan predikat, kalimat aktif, konjungsi, konstruksi sintaksis, partikel –kah dan pun, ejaan, kosakata dan istilah.
Alinea atau paragraf adalah bagian wacana yang mengungkapkan satu pikiran yang lengkap atau satu tema dalam ragam tulis ditandai oleh baris pertama yang menjorok ke dalam.
F.     Penulisan Daftar Pustaka

Ada beberapa kaidah penulisan daftar pustaka : 1) nama penulis dibalik; 2) apabila penulisan pada baris pertama tidak cukup, maka bari kedua sedikit menjorok ke kanan; 3) judul buku dicetak miring; 4) jarak dibatasi oleh tanda titik; 5) format penulisan yaitu nama pengarang, tahun, judul buku, lokasi penerbit, penerbit.
.
G.    Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis sebuah karya ilmiah diperlukan pemilihan tema yang tepat dan menguasai materi tersebut. Selain itu, materi mudah diperoleh serta bermanfaat bagi masyarakat di sekitar kita.
Dalam menulis karya ilmiah, berkaitan juga dengan pengembangan paragraf, kalimat efektif dan penggunaan bahasa.
Perbedaan antara jurnal ilmiah dan karya ilmiah terletak pada abstrak. Karya ilmiah tidak harus memiliki abstrak. Pada bagian pembahasan terdapat beberapa kutipan.
Kegiatan menulis karya ilmiah berguna untuk menuangkan segala ide agar mudah dipahami oleh masyarakat. Hal ini tidak akan terasa sulit jika kita sudah terbiasa melakukannya. Oleh karena itu dalam perguruan tinggi, mahasiswa sering mendapatkan tugas membuat karya ilmiah.








DAFTAR PUSTAKA
Semi, Atar. 1990. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya.
Indriati, Etty. 2001. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Martono. 2010. Menuju Kemahiran Berbahasa Indonesia dalam Langkah Maju Menulis Karya Ilmiah. Surakarta: UNS Press.
                                                                                

No comments:

Post a Comment