Abstrak
Kegiatan tulis- menulis pada umumnya sering kita
temukan dalam berbagai bidang. Dari kegiatan tersebut, mahasiswa dapat menuangkan
ide dan gagasan ke dalam sebuah karya tulis sehingga ide tersebut dapat
diketahui oleh orang lain. Dalam menyampaikan gagasan agar mudah dipahami
dengan jelas, oleh sebab itu mahasiswa dituntut untuk membuat karya ilmiah yang
baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Upaya ini sudah
dilaksanakan oleh beberapa civitas akademik dan lembaga-lembaga lainnya demi
meningkatkan kualitas karya serta kemampuan menulis mahasiswa.
Kata Kunci :
Karya ilmiah, kemampuan menulis mahasiswa
A.
Pendahuluan
Seringkali seseorang mempunyai paradigma bahwa
menulis itu sangat sulit. Menulis tidaklah sulit karena setiap orang yang tidak
buta aksara pasti pernah menulis untuk dibaca dan dipahami orang lain. Meskipun
demikian, menulis juga tidaklah mudah sebab harus sesuai dengan kaidah-kaidah
penulisan serta dapat dipertanggungjawabkan.
Menulis merupakan sarana pengembangan diri
mahasiswa dalam masing-masing bidang yang ditekuninya. Dengan adanya proses
menulis, akan menjadikan mahasiswa dapat mengembangkan ide, meningkatkan
kemampuan intelektual dan memahami prodi yang sedang digelutinya. Sehingga
segala upaya dilakukan agar mahasiswa erat dengan dunia tulis-menulis, baik
menulis karya ilmiah maupun non ilmiah.
Kecakapan menulis seseorang
sebenarnya dapat diusahakan dengan banyak berlatih menulis. Apabila kita sering
berlatih menulis maka tulisan kita semakin meningkat menjadi lebih baik. Di
samping itu hasil tulisan akan mudah dipahami oleh pembaca. Dalam hal ini harus
mampu mempertanggungjawabkan apa yang kita tulis.
Melalui karya tulis, seseorang
akan dapat menilai kemampuan berbahasa seseorang secara keseluruhan. Baik dari
segi masalah penggunaaan ejaan, pemakaian kosa kata, penggunaan kata yang
tepat, kemampuan membuat kalimat, dan sebagainya. Sehingga sebagai mahasiswa,
sangatlah penting untuk mengetahui, memahami, dan menerapkan teknik membuat
tulisan.
Dalam perguruan tinggi, dosen
sering memberikan tugas yang berkaitan dengan menulis terutama karya ilmiah. Penulisan
karya ilmiah tidak lepas dari penggunaan kalimat efektif. Kalimat efektif
adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan
dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Akan tetapi membuat
kalimat efektif tidak gampang karena diperlukan
ketrampilan tersendiri. Selain itu, pada kalimat efektif harus memiliki
unsur-unsur yang lengkap serta mengandung unsur subjek dan predikat.
Pada penulisan sebuah karya
ilmiah terdapat dua macam yaitu karya ilmiah yang didasarkan pada penelitian
terlebih dahulu dan karya ilmiah tanpa penelitian terlebih dahulu karena
sebelumnya sudah dilakukan penelitian oleh pihak lain.
B.
Langkah-langkah Pengumpulan dan Penyusunan
Bahan Tulisan
Sebelum membuat sebuah karya
ilmiah, kita memerlukan bahan ataupun refrensi agar kita paham terhadap apa
yang akan kita tulis. Pengumpulan dan penyusunan tersebut meliputi studi
kepustakaan, perumusan ide/ permasalahan yang merupakan bagian dari pengantar,
perumusan hipotesis, dan perumusan hasil yang diharapkan dan analisis
statistik. Langkah awal dalam pembuatan karya tulis ialah studi kepustakaan,
dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mencari data dari buku, browsing
di internet, observasi dan lain-lain.
Sebelum melakukan studi
kepustakaan, kita terlebih dahulu menentukan tema yang tepat . Dalam menentukan
tema, kita harus memilih tema yang menarik perhatian penulis serta pembaca,
data mudah dicari, obyektif, dan baru atau sedang hangat diperbincangkan.
Tahap selanjutnya merumuskan
ide/permasalahan. Perumusan ide/ permasalahan adalah bagian dari Pengantar.
Akan lebih baik hasilnya jika dilandasi studi kepustakaan yang memadai. Tanpa
hal itu, akan sangat mungkin permasalahan penelitian cenderung hanya
berdasarkan logika dan akal sehat, sehingga permasalahan yang dirumuskan
menjadi dangkal serta tanpa konteks.
Perumusan masalah yang baik
harus diberi konteks sebelum masalah dipaparkan dan alasan penelitian
dikemukakan. Yang dimaksud konteks di sini adalah penggambaran latar belakang
sampai timbulnya permasalahan. Rumusan masalah memuat alasan mengapa penelitian
perlu dilakukan dan biasanya dikemukakan dalam bentuk pertanyaan atau
pernyataan.
Menurut Day (1979) pengantar
harus mengandung hal-hal sebagai berikut : (1) sifat dan skop; (2) kepustakaan
yang berhubungan dengan permasalahan (harus ditinjau); (3) cara penelitian
(harus diungkapkan; (4) hasil utama penelitian (harus dinyatakan; hal ini
merupakan tambahan setelah penelitian selesai dan diketahui hasilnya). Maka
bisa disimpulkan bahwa perumusan masalah dirunut yang ada serta bukti-bukti
pustaka mengarah pada kesimpulan akan perlunya dilakukan penelitian untuk
memecahkan masalah.
Langkah selanjutnya yaitu
perumusan hipotesis berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu dan hasil
penelitian yang diharapkan. Menurut (Loeke, Spirduso dan Silverman, 1987; dalam
Rudestam & Newton, 1992), hipotesis yang baik harus : a) bebas dari
kedwiartian (arti ganda); b) mengungkapkan hubungan antara dua variabel atau
lebih; c) berimplikasi tes empirik. Serta bisa mengandung pertanyaan penelitian
dengan hipotesis, tetapi bisa juga hanya pertanyaan penelitian tanpa hipotesis.
Tahap akhir dari penyusunan
karya ilmiah ialah perumusan hasil yang diharapkan dan analisis statistik,
dibuat dalam proposal /usulan penelitian. Hal ini berguna untuk mempersiapkan,
memperbaiki, menambah, dan mengurangi variabel yang akan dikumpulkan selama
penelitian. Sebaiknya perumusan hasil yang diharapkan dan analisis
statistik dilakukan dengan membuat tabel-tabel. Hal ini akan membantu format
pengumpulan data dan pemasukan data ke komputer sebagai data base yang akan diolah lebih lanjut.
C. Kerangka Karangan
Setelah semua data terkumpul, kemudian dilanjutkan dengan membuat
kerangka karangan. Kerangka karangan
adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu tulisan yang
akan dikerjakan. Manfaat dari kerangka karangan antara lain untuk menyusun
tulisan secara teratur, memudahkan penulis menciptakan klimaks yang
berbeda-beda, menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih,
kecuali untuk memantapkan suatu bahasan, memudahkan penulis untuk mencari
materi pembantu.
Terdapat dua model sistematika
penulisan makalah yaitu model makalah sederhana dan model makalah lengkap.
Model makalah sederhana : 1) halaman Judul dan identitas universitas/ kampus;
2) pendahuluan ; 3) kajian teori dan pustaka; 4) pembahasan; 5) simpulan; 6) daftar
pustaka; 7) lampiran. Sedangkan model makalah lengkap : halaman judul, nama
penulis dan NIM, kata pengantar, daftar isi, abstrak (bahasa inggris atau
bahasa indonesia), pendahuluan, kajian teori dan pustaka, metode penelitian,
hasil penelitian dan pembahasan, simpulan dan saran, daftar pustaka, lampiran
(apabila diperlukan).
D.
Langkah-langkah Mengembangkan Tulisan
Meyers (2006 : 3) berpendapat
bahwa untuk dapat terampil menulis, umumnya ada enam langkah yang harus
dilalui, yaitu mengeksplorasi ide-ide, prapenulis, mengorganisasi, menulis draf
pertama, merevisi draf, memproduksi tulisan akhir.
Sebelum mulai menulis, pertama
kali yang harus dilakukan adalah menemukan ide-ide. Ide-ide tersebut harus
dikembangkan secara bebas, pikiran-pikiran atau gagasan-gagasan yang terpikirkan
kapanpun dan dimanapun kita berada. Ada tiga pertanyaan dalam mengembangkan ide
ini yakni Apa subjeknya, apa tujuannya, dan siapa pembacanya.
Prapenulis adalah menyusun
ide-ide secara tepat tanpa menghiraukan tata bahasa, pilihan kata, ejaan, dan
aturan penulisan yang lain. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penulisan, yaitu brainstorming, clustering, dan freewriting. Brainstorming
adalah satu cara menangkap ide-ide dengan mendaftar semua gagasan yang datang. Dalam
clustering, kita akan menulis subjek di tengah halaman lalu melingkarinya,
kemudian menuliskan ide-ide primer yang berhubungan dengan subjek itu di
sekitar lingkaran subjek tersebut sebagai cabang-cabang, kemudian ide-ide sekunder
di sekitar ide primer sebagai cabang berikutnya. Dalam freewriting, kita dapat
menulis dengan sederhana tentang subjek tanpa mengkhawatirkan tata bahasa,
ejaaan, ataupun logika. Tulisan boleh tidak terorganisasi yang penting secara
cepat ide dapat terakomodasi.
Setelah ide-ide tersusun dalam
kata-kata, langkah selanjutnya ialah mengorganisasi ide tersebut. Proses ini
meliputi pemilihan, pengurangan, dan penambahan ide-ide, kemudian membuat
kerangka (outline) isi ide tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum
menyusun kerangka adalah (1) memberikan garis bawah pada ide-ide terbaik yang
berada di daftar brainstorming; (2) pilih bagian dari diagram clustering yang
memiliki ide terbaik; (3) fokuskan bagian freewriting yang terbaik dan
identifikasi lebih spesifik serta tambahkan secara lebih detail.
Kemudian tulislah dengan cepat
hasil pengorganisasian di atas seperti kita berbicara dengan orang lain.
Biarkan terlebih dahulu susunannya terbalik yang terpenting outline dapat
dikembangkan terlebih dahulu.
Merevisi artinya meningkatkan
atau memperbaiki apa yang telah ditulis dari draf sebelumnya. Pada tahap ini
diperlukanpenyusunan kembali ide-ide, pengembangan ide lebih jauh, memotong ide
yang tidak mendukung topik yang dibahas, dan mengubah serta membenarkan
kata-kata maupun kalimat-kalimat yang kurang sesuai. Ini berarti topik
harus dikembangkan dengan baik, setiap kalimat saling berhubungan secara logis
dan halus. Termasuk juga dalam
pilihan kata, bentuk kata, dan tata bahasa.
Ada dua hal yang dilakukan
ketika memproduksi tulisan akhir yaitu mengedit dan mengoreksi cetakan
percobaan.
E.
Dasar Kebahasaan
Kemampuan menggunakan kosakata
dan istilah yang tepat, kemahiran menyusun kalimat yang efektif, dan kemampuan
menuliskannya dalam paragraf yang baik harus dimiliki oleh penulis. Hal ini
sangat diperlukan mahasiswa untuk menunjang mereka dalam melakukan kegiatan
tulis-menulis agar karya tulis mudah dipahami dan jelas.
Pilihan kata (diksi) adalah
kata-kata yang dipakai untuk
menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentukpengelompokan kata-kata yang
tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat ataui menggunakan
ungkapan-ungkapan yang tepat dan gaya paling baik digunakan dalam suatu situasi (Keraf, 1984: 24). Penggunaan kata-kata yang
tepat sesuai dengan nuansa makna dan situasi ( bergantung pada penguasaan
kosakata ). Memperbanyak kosakata dapat dilakukan dengan banyak membaca.
Gaya bahasa atau style adalah
pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam berbicara atau menulis,
pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan
ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra, cara khas dalam menyatakan pikiran
dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan (Hasan, 2007: 340). Gaya bahasa ini bersifat
individu dan dapat juga bersifat kelompok. Gaya bahasa individu disebut idolek sedangkan
yang bersifat kelompok disebut dialek. Gaya
bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi,watak, dan kemampuan seseorang
ataupun masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut. Ada kaitan antara ragam bahasa dengan gaya bahasa.
Ragam bahasa terjadi karena varian pemakaian bahasa.
Selain itu dalam kegiatan
menulis, dituntut menggunakan kalimat efektif. Syarat-syarat kalimat efektif yakni
secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan penulis dan sanggup
menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pembaca seperti apa yang
dipikirkan oleh penulis. Apabil kedua syarat ini terpenuhi maka tidak akan
terjadi kesalah pahaman di antara mereka.
Berkaitan dengan penulisan
ilmiah maka bahasa Indonesia yang baku pada umumnya mempunyai ciri-ciri :
subjek dan predikat, kalimat aktif, konjungsi, konstruksi sintaksis, partikel
–kah dan pun, ejaan, kosakata dan istilah.
Alinea atau paragraf adalah
bagian wacana yang mengungkapkan satu pikiran yang lengkap atau satu tema dalam
ragam tulis ditandai oleh baris pertama yang menjorok ke dalam.
F. Penulisan Daftar Pustaka
Ada beberapa kaidah penulisan
daftar pustaka : 1) nama penulis dibalik; 2) apabila penulisan pada baris
pertama tidak cukup, maka bari kedua sedikit menjorok ke kanan; 3) judul buku
dicetak miring; 4) jarak dibatasi oleh tanda titik; 5) format penulisan yaitu
nama pengarang, tahun, judul buku, lokasi penerbit, penerbit.
.
G. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa menulis sebuah karya ilmiah diperlukan pemilihan tema yang
tepat dan menguasai materi tersebut. Selain itu, materi mudah diperoleh serta
bermanfaat bagi masyarakat di sekitar kita.
Dalam menulis karya ilmiah,
berkaitan juga dengan pengembangan paragraf, kalimat efektif dan penggunaan
bahasa.
Perbedaan antara jurnal ilmiah
dan karya ilmiah terletak pada abstrak. Karya ilmiah tidak harus memiliki
abstrak. Pada bagian pembahasan terdapat beberapa kutipan.
Kegiatan menulis karya ilmiah
berguna untuk menuangkan segala ide agar mudah dipahami oleh masyarakat. Hal
ini tidak akan terasa sulit jika kita sudah terbiasa melakukannya. Oleh karena
itu dalam perguruan tinggi, mahasiswa sering mendapatkan tugas membuat karya
ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Semi, Atar. 1990. Menulis Efektif.
Padang: Angkasa Raya.
Indriati, Etty. 2001. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Martono. 2010. Menuju Kemahiran Berbahasa Indonesia dalam Langkah Maju Menulis Karya Ilmiah.
Surakarta: UNS Press.
No comments:
Post a Comment