Sunday, 28 September 2025

Buah Simalakama Kelompok Kelas Menengah

Kelas menengah adalah orang-orang yang secara ekonomi pas-pasan namun kadang tercukupi kadang pula kekurangan. Kelompok ini tidak dikategorikan sangat miskin tapi juga tidak bisa dibilang cukup kaya atau kaya raya. 

Pasalnya kelas menengah memiliki ekonomi yang tidak stabil. Ketika finansial sedang terpuruk dan berharap dapat bantuan dari pemerintah, saudara atau orang lain seringkali mereka beranggapan tidak perlu dibantu. 

Misal: saat tidak punya uang sepersen pun, inisiatif minta bantuan ke pemerintah seperti bantuan dana bos atau sejenisnya. Nah, kalangan kelas menengah akan disurvei. Ternyata tidak layak dapat bantuan. Alhasil, orang kalangan menengah harus berpikir bagaimana caranya untuk dapat penghasilan. Sudah mencari ke sana ke mari tapi tetap saja hasil yang didapat tidak sesuai ekspektasi atau receh. 

Bahkan ketika pinjam ke orang pun, tidak banyak yang mau meminjamkan uang padanya. 

Orang yang berada di kalangan menengah ini sering dianggap punya banyak uang, hanya karena jarang mengeluh soal ekonomi. Padahal sebenarnya orang tersebut juga ingin mengeluh, hanya saja dia berpikir bahwa apa gunanya mengeluh kepada orang-orang yang masih mempermasalahkan ekonomi. Realitanya bukan dapat solusi, malah saling adu nasib.

Orang-orang di kalangan menengah itu bermacam-macam jenisnya. Ada yang penghasilannya pas-pasan dan gaya hidupnya juga sederhana atau pas-pasan. Bahkan kadang makanpun mengandalkan dari datang ke acara tertentu yang menyediakan hidangan. Dia berperilaku demikian karena uangnya bisa digunakan untuk kepentingan lain yang mendesak. 

Misal: seorang pedagang makanan kecil-kecilan yang penghasilannya 50-70ribuan per 5 hari. Penghasilan itu tidak pasti, kadang pernah juga merasakan penghasilan kurang dari 50ribu per 5 hari. Di satu sisi masih harus bayar beberapa tagihan retribusi, listrik, dan sejenisnya, bahkan sampai harus nunggak karena baru bisa untuk memenuhi kebutuhan pokok dan harus ada uang untuk modal membeli stock makanan. 

Belum lagi adanya pajak motor, PBB dan sebagainya yang menghantui. 

Di belahan dunia lain, ada juga kelas menengah yang penghasilannya pas-pasan tapi gaya hidupnya hedonisme atau bermewah-mewahan. Kategori kelas menengah ini tidak dibantu, sebenarnya tidak masalah. Berarti yang perlu diubah adalah gaya hidupnya. 

Misal: si C punya gaji 2 juta 500 untuk makan dan bayar tagihan sebenarnya cukup. Namun dia lebih mementingkan nongkrong di luar, makan enak bersama teman-temannya, beli tas dan skin care mahal, hura-hura yang dibalut self love. Ternyata gaya hidupnya ini membuat dirinya merasa tidak cukup, bahkan sampai terjerat hutang. 

Buah Simalakama bagi orang-orang di kalangan menengah ini. Hati dan pikiran manusia tidak ada yang tahu. Kadang survei juga tidak sesuai dengan kenyataan. 

Ada orang yang sebenarnya butuh dibantu untuk suntikan modal tapi malah dapat pandangan dikira "orang kaya". Sedangkan orang lain yang gaya hidupnya tinggi dan sering mengeluh soal ekonomi, lebih bisa mendapatkan empati + simpati sehingga membuatnya dapat pundi-pundi rupiah dengan mudah. 

Dari sisi orang yang ingin membantu mungkin juga bingung. Bagaimana dia bisa menilai seseorang butuh bantuan atau tidak. Bahkan ada orang tidak minta bantuan tapi kenyataannya sangat membutuhkan bantuan. Begitu juga sebaliknya. 

Di tengah cari marut ekonomi saat ini, semoga aja semua orang bisa bertemu solusinya masing-masing. 



Friday, 25 July 2025

Mindset yang Membuatmu Tidak Iri dengan Nikmat Orang Lain

Di dunia serba modern ini, cukup mudah melihat kehidupan orang lain lewat story dan postingan sosial media mereka. Ada yang membagikan momen bahagia, promosi jualan hingga aktivitas-aktivitas lainnya. 

Terkadang ketika muncul konten-konten keseharian mereka, respon setiap orang berbeda-beda. Ikut bahagia atau tambah berduka? Apalagi ketika seseorang tanpa sadar membandingkan nikmat orang lain dengan kehidupannya sendiri. Maka muncul berbagai penyakit hati seperti iri dengki. Lantas siapa yang paling rugi? Tentunya diri sendiri. 

Pernahkah berpikir bahwa konten bahagia di sosial media tidak selalu menggambarkan bahwa realitanya benar-benar bahagia? Siapa tahu dibalik kemewahan yang diposting ternyata masih terjerat hutang? Kita tak pernah tahu isi pikiran dan kehidupan orang sedalam-dalamnya. Kalaupun kehidupan mereka memang kenyataan bahagia seutuhnya, toh sudah jadi bagian dari jatah hidupnya. 

Kalau ingin merenungkan sejenak, sadarkah ketika seseorang mendapat suatu nikmat pasti juga sepaket bersama risikonya. Nah, anehnya kebanyakan orang enggan menanggung risiko tapi hanya mau dapat kesenangannya saja. 

"Urusan frustrasi dipikir nanti, yang penting sekarang bisa happy" 

Begitulah kalimat menghibur diri tapi sebenarnya rentan membawa seseorang ke dalam jurang depresi. Tahu kan kenapa sekarang banyak isu kesehatan mental? Mungkin itu salah satu dari sekian faktor pendukung yang mempengaruhi kesehatan mental, yaitu kurang mengenali/ sadar diri.

Setiap keputusan perlu dipikirkan secara matang agar nanti tidak berujung pada keputus asaan. 

Menurut seorang pakar filsafat, Fahrudin Faiz, kunci hidup tenang adalah tahu diri dan tahu batas. 

Syukuri apa yang kita miliki saat ini supaya nantinya tidak menyesali. Hanya karena kita fokus terhadap nikmat orang lain, kita jadi enggan menerima nikmat yang sudah Allah berikan. Maka lambat laun muncul rasa iri, dengki dan ketika sudah terjangkiti akan dominan 'menyakiti' (entah diri sendiri maupun orang lain). 

Perihal penyakit hati memang sulit dihilangkan tapi bukan berarti tidak bisa hilang sama sekali. Semua butuh proses, asal mampu bersabar dan perlahan menerima kenyataan. 

Lantas bagaimana caranya agar bisa meredam rasa iri?

1. Mencoba paham dengan konsep bahwa roda kehidupan itu berputar, tidak selamanya berada di bawah, pasti ada saatnya seseorang menemui puncak kesuksesannya, baik di dunia maupun akhirat.

2. Ketika melihat kebahagiaan orang lain di kehidupan nyata atau postingan di sosial media, hendaknya tidak terburu-buru dalam menilai. Bisa saja dibalik keceriaan dan kesenangan yang mereka bagikan, tersimpan perasaan tertekan atau pernah punya masa kelam. Kita tidak tahu kehidupan mereka seutuhnya. Mereka mungkin pandai menyembunyikan kesedihan mereka. 

3. Fokus pada perbaikan diri, bukan membandingkan diri dengan nikmat orang lain karena hal itu bisa menciptakan rasa iri. 

Jika ingin membandingkan, maka bandingkan kehidupan diri kita sendiri dengan kehidupan kita sebelumnya. Jadi setiap harinya termotivasi untuk berusaha lebih baik lagi, upgrade kualitas diri dan senantiasa koreksi (muhasabah) diri. 

4. Ingatlah bahwa setiap 'nikmat' yang didapat, nantinya akan dimintai pertanggungjawaban di dunia dan akhirat kelak. Coba sesekali ketika lihat nikmat orang, lihat pula risikonya. 

Misal: kamu melihat orang punya mobil mewah, lalu muncul hasrat ingin memiliki. Sejenak, coba pikirkan bagaimana konsekuensi ke depannya harus bayar pajak, perawatan, hingga risiko jika terjadi kerusakan. Belum lagi hidup itu berputar, kadang di atas kadang di bawah. Ada suatu masa di mana seseorang mengalami fase keterpurukan finansial di masa depan. Apa tidak bingung harus membayar pajak? Kalaupun ingin menjual, dapat pembeli juga tidak mudah. 

Dengan memikirkan risiko dan mengukur kemampuan diri (alias sadar diri), maka otomatis rasa iri itu tidak muncul atau malah menghilang jika sebelumnya sempat terbesit iri dengki. 

Maka sebelum membuat keputusan, salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana respon kita terhadap risiko kegagalan atau ketidaknyamanan? Apakah kita bisa menerima secara lapang dada? Apakah kita akan menyalahkan orang lain atau keadaan ketika mendapati sebuah masalah? Coba pikirkan kembali

5. Rejeki yang sudah tertakar tidak akan tertukar. Setiap orang punya jatah rejekinya masing-masing. Poin ini juga bisa dikaitkan dengan poin sebelumnya, yaitu "Setiap nikmat akan dimintai pertanggungjawaban".

Manusia hanya bisa ikhtiar dan berdoa, hasilnya serahkan pada Yang Maha Kuasa. Dalam kitab at Tadzkirah, selama seseorang masih hidup berarti masih punya jatah rejeki. 

Ketika keimanan seseorang sudah kuat serta berpegang teguh pada janji Allah, maka hati menjadi lebih tenang dalam menjalani kehidupan. 

Orang yang beruntung itu tidak terkenal di dunia, tidak hidup dalam ekspetasi orang lain, tidak mendapat tekanan sosial, tenang, bisa lebih bebas eksplor aktivitas yang positif, tidak termakan oleh omongan negatif orang, tidak termakan ambisi yang menyesatkan, tidak haus validasi, tidak sibuk klarifikasi sana-sini, sudah berdamai dengan diri sendiri, punya batasan diri dan selalu merasa cukup atas rejeki yang sudah diberi. 

Ketika terpuruk bersabar, ketika dapat nikmat selalu bersyukur. 

Cukup sekian dulu ya... kapan-kapan disambung lagi jika mau meluangkan waktu  hehe... 

Semoga bermanfaat....

Monday, 26 May 2025

Hidup Seperti Orang Asing

Pernah dengar sebuah kalimat "Hiduplah di dunia seperti orang asing, maka kamu akan rindu untuk pulang"

Saat mendengar kalimat tersebut, apa benar bisa hidup di dunia bak orang asing? Ternyata kini diri ini mengalaminya. 

Kalau dulu merasa asing ketika berada di luar rumah, sekarang bahkan merasa asing di tempat tinggal sendiri. Mungkin hal itu sangat terasa semenjak kepergian bapak ibu. Meskipun di rumah ada kakak beserta keluarganya, tetap aja asing. 

Dulu memang sering dekat dengan bapak ibu. Bicara, ngobrol hingga bercanda pun juga bersama kedua orang tua. Di luar itu, tidak punya teman akrab atau sejenisnya. 

Ya dulu memang sempat akrab dengan kakak juga tapi sejak sudah berkeluarga rasanya seperti berjarak. Harap maklum saja karena prioritas sudah berbeda dan beban tanggung jawab sudah bertambah. Mengakui hal tersebut serta menerimanya. Maka tidak dapat dipungkiri ketika menjalani hidup, diri sendiri merasa seperti orang asing. 

Bila boleh jujur, sekarang hidup hanya sekadar hidup. Ambisi sudah setipis tisu, harus pintar-pintar mengelolanya. 

Ketika orang tua masih hidup, semangat muncul sendiri bahkan ketika sakit sekalipun. Sekarang waktu sakit, rasanya pingin bad rest kalau memang benar-benar tidak bisa menahan sakit. 

Orang merasa asing karena banyak merasakan ketidaknyamanan dalam hidup namun di satu sisi tetap menjalani hari sebagaimana mestinya. Seolah-olah memang dunia disetting penuh dengan ketidaknyamanan dan risiko. Setiap kenikmatan yang manusia terima selalu diikuti dengan konsekuensi di belakangnya. 

Kadang manusia terlalu tergoda akan perhiasan dunia sehingga manusia lupa bahwa dunia sementara, alhasil dikejarlah sampai frustrasi sampai kepikiran b*nuh diri. 

Bukan berarti tidak boleh mengusahakan dunia. Cara pandang orang asing, sadar betul hidup untuk sebuah tujuan cari bekal. Ibarat orang merantau ke negeri orang hanya untuk cari uang dan setiap tahun mudik guna melepas rindu bersama orang-orang tersayang. 

Maka orang asing memang menebar cinta dan kasih sayang tapi tidak melekatkan diri pada benda, orang dan tempat yang ditinggali saat itu. 

Pernah dengar sebuah kalimat "orang yang merasa dirinya asing, berarti dia telah menemukan Allah dan patah hati terhadap dunia". 

Berharap kepada makhluk bisa berujung kecewa. Ketika kamu mengetahui betul sifat manusia bahwa manusia punya hati yang labil dan kamu juga akan dihadapkan kondisi lingkungan tidak stabil pula. Maka perlu sadar diri dan tahu diri atas keberadaan kita di bumi ini. 

Kenapa banyak orang-orang yang terlalu mencintai malah cenderung menyakiti? Kemungkinan jawabannya ada pada ekspetasi. Kita berharap dan menuntut orang lain bisa mengerti keinginan kita, namun realita tak berjalan sesuai ekspetasi kita. 

Misal: seorang ibu ingin anaknya bisa patuh dan menurut dengan setiap perintah yang dilontarkan tapi sayangnya dianugerahi sosok anak bandel dan sering memberontak. 

Sepasang kekasih konflik berkepanjangan karena mereka masing-masing ingin dimengerti dan tidak ingin menerima banyak tuntutan. Alhasil tidak ada solusi sebab harus ada salah satu pihak yang rela berlapang dada memahami. 

Pandangan orang asing, menganggap dunia hanya sebagai wasilah atau perantara untuk memperbanyak bekal di akhirat. 

Nah, saat ini merasa seperti orang asing tapi belum bisa mendefinisikan secara jelas. Jadi orang asing karena hampa atau terlalu banyak kekecewaan? Ataukah memang benar-benar sadar dan tahu diri jika dunia ini hanyalah sementara?

Cara pandang saat ini melihat sesuatu dari sisi risikonya. Sebab sadar diri, semangat sudah tidak seperti dulu lagi, tidak ada rasa menggebu-gebu (tidak punya euforia), menjalani kehidupan hanya sekadar bertahan hidup. 

Pura-pura punya hobi sesuatu padahal sebenarnya minat sudah berkurang drastis. Sekalinya sakit langsung tumbang. 

Dulu punya simpati dan empati yang besar. Sekarang hal itu udah jarang sekali muncul. Hanya ketika sangat ingat kepada Allah saja, perasaan itu muncul dan tergerak menolong orang. 

Padahal dulu sensitif sekali, senang membantu orang dan tidak ingin melihat orang kesusahan. Tapi sekarang lebih sering mati rasa. Sebelum mati rasa, sempat benci dengan banyak hal, entah itu manusia, keadaan hingga diri sendiri. 

Seiring berjalannya waktu, perlahan mulai sadar bahwa kebencian tidak mendatangkan perubahan dan kebaikan, hanya akan menambah kerugian terus-menerus terutama untuk diri-sendiri. Alhasil kini lebih memilih netral plus bertahan saja. 

Tangki kasih sayang yang dulu diperoleh dari kedua orang tua, kini memang sudah tidak didapatkan lagi. Mau tidak mau ya harus menerima, ikhlas akan ketetapan-Nya. 

Dalam pikiran bergumam "Jadilah bapak ibu (orang tua) untuk diri sendiri". Ketika ada perasaan kangen, tinggal mengingat momen-momen indah bersama mereka. Bukan untuk meratapi nasib tapi sebagai tanda syukur bahwa Allah pernah menunjukkan tanda kebesaran-Nya melalui kasih sayang mereka. 

Memang jarang menuntut tapi lebih banyak menghabiskan waktu untuk menyendiri. Dalam kesendirian, lebih mengenal diri sendiri, merenung dan mendapat ketenangan hati. 

Kalau dulu sering berinteraksi dengan bapak ibu, sekarang kerap berinteraksi dengan diri sendiri. Kadang menahan ketawa karena tiba-tiba di pikiran muncul kalimat humor. Takut disangka gila saat ketahuan ketawa sendiri. 

Tidak habis pikir melihat anak kecil yang ditinggal orang tua sejak kecil. Bagaimana cara mereka mengingat momen indah dan bertahan hidup? 

Memang semua atas izin Allah, sehingga bisa bertahan hidup sampai sekarang. Tanpa menghadirkan Allah, mungkin diri ini sudah banyak frustrasi karena jujur manusia tanpa Allah, itu benar-benar terbuai oleh perasaan/ pikirannya sendiri. Semoga Allah memberi kekuatan fisik dan psikis, tetap bertauhid hingga akhir hayat.

Sangat berterima kasih kepada Allah, telah menghadirkan kedua orang tua yang telah mengajarkan tauhid, selalu senantiasa mengingatkan diri pada Allah selama beliau-beliau masih hidup. Ditambah pula, sering lihat kedua orang tua menjaga amalan-amalan sholat dan puasa sunnah. 

Ketika orang tua berusaha memperbaiki diri, ternyata anaknya menjadi sadar diri. Mencintai kedua orang tua karena Allah, semoga di akhirat kelak juga dipertemukan dan bisa berkumpul di surga.

Setelah menulis artikel ini, muncul sebuah pertanyaan "Apakah solusi menghadapi dunia ini adalah menjalani kehidupan dunia seolah-olah seperti orang asing?"

Banyak orang lari dari kenyataan pahit pada sesuatu yang tampak dihiasi keindahan, justru malah menyesatkan. 
Ketika orang bisa khusyuk dalam setiap ibadahnya, merasa diawasi oleh Allah dan mengetahui hakekat hidup sebenarnya. Kemungkinan orang tidak butuh minuman keras, narkoba, kupu-kupu malam sejenisnya dan bahkan hal-hal kemewahan yang berlebihan. 

Di mana manusia berpijak, di situlah manusia selalu butuh ketenangan hati. Hal itu bisa didapat dari cara pandangnya sendiri terhadap dunia. 

Cukup sekian dulu ya, semoga artikel ini bisa mengingatkan diri sendiri dan orang yang membacanya di masa depan. 

Thursday, 15 May 2025

Al-Qur'an dan Pengaruh Bagi Kehidupan Seseorang

Al-Qur'an merupakan kitab umat beragama Islam, sebagai pedoman serta petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Awalnya Al-Qur'an turun secara berangsur-angsur dan ditulis di beberapa media seperti batu, pelepah dan sebagainya. Pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan, Al-Qur'an mulai dibukukan. Hal ini mempermudah bagi generasi penerusnya dalam mempelajari, mentadabburi setiap ayat-ayat dalam Al-Qur'an. 

Al-Qur'an tidak hanya menjadi pedoman atau petunjuk, bisa juga sebagai (syifa') obat. Biasanya ayat ruqyah yang familiar adalah surat Al-Baqarah, ayat kursi (di dalam surat Al-Baqarah), Al-fatihah hingga ayat-ayat lainnya. 

Manfaat dirasakan tanpa sadar oleh orang-orang yang rutin membaca setiap bacaan ayat-ayat al-Qur'an dengan hikmat dan khusyuk. Apalagi jika mengetahui arti hingga mengamalkannya, maka semakin merasa tenang dalam menyikapi kehidupannya. 

Meskipun ada beberapa orang hanya membaca, belajar membaca rutin tanpa mengetahui artinya, apakah berpengaruh terhadap kondisi seseorang? Menurut pengalaman seseorang, konsisten membaca Al-Qur'an setiap hari memberikan efek ketenangan tersendiri. Di satu sisi, tidak terjajah oleh keinginan-keinginan duniawi yang tiada habisnya. 

Keinginan manusia itu bercabang hingga seringkali tidak bisa dibedakan antara keinginan sesaat dan kebutuhan mendesak. Orang yang benar-benar Istiqomah dan membaca Al-Qur'an atas dasar niat mendapat ridlo Allah, tanpa sadar keinginan-keinginan tersebut menjadi terarah dan tepat sasaran. Intinya membuat seseorang menjadi merasa cukup atau lebih bersyukur karena keberkahan hadir dalam hidupnya. 

Tanda Allah mencintai seorang hamba, salah satunya ditambahkan rasa syukurnya dan dicukupkan keinginannya. Misal: seseorang yang terbiasa naik motor. Ketika melihat ada tetangganya yang beli mobil baru dan mengendarainya, maka dirinya juga biasa-biasa saja, tidak timbul rasa iri dan rasa ingin mempunyai mobil baru juga. Ia sudah merasa cukup naik motor, meskipun motornya tidak bagus. Ia sudah merasa cukup akan kehadiran motor, selama motor masih bisa dikendarai dan membuatnya nyaman.

Selain itu, membaca Al-Qur'an dapat menenangkan hati, menstabilkan emosi yang semula muncul perasaan kesal, amarah hingga kesedihan berkepanjangan. 

Sebenarnya Al-Qur'an bisa jadi pertanda bersih atau tidaknya hati seseorang. Semakin bersih hati orang tersebut maka semakin timbul keinginan untuk selalu membaca ayat-ayat al-Qur'an. Seolah-olah Al-Qur'an seperti memanggil orang tadi agar membaca Al-Qur'an secara terus-menerus alias betah, nyaman hingga tak terasa sudah membaca 1 juz atau bahkan lebih. 

Apabila Al-Qur'an sudah melekat pada diri seseorang maka hal-hal bersifat kemewahan, keduniaan hingga haus validasi akan berangsur berkurang. Atas izin Allah, membuat orang itu tidak terlalu melekat dengan perhiasan-perhiasan dunia. 

"Jika kamu tertekan atau mulai merasa terhasut akan kemewahan atau keduniaan, ambil jeda waktu 1 jam untuk Al-Qur'an"

Maksudnya luangkan waktu untuk membaca, mendengarkan, mentadabburi, dan benar-benar hadir di waktu itu juga. Sejenak lupakan segala permasalahan. Siapa tahu? Ketika kamu 'me time' dengan Al-Qur'an, kamu bisa 'tercerahkan'. Pikiran kembali jernih sehingga muncul banyak ide atau mendadak dapat solusi. Amalan lain yang dapat mendukung pendamaian jiwa adalah berdoa, mengkaji ilmu dan sholat khusyuk. 

Sekian dulu, bila ada waktu mungkin akan dilanjutkan kembali tulisannya...

Smoga sedikit artikel ini bisa membantu ya... Terima kasih sudah berkunjung, semoga Alloh selalu memberikan hidayah, Rahmat dan taufiq-Nya....


Saturday, 19 April 2025

Rekomendasi Aplikasi Al-Qur'an Digital Lengkap dan Mudah Digunakan

Buat kalian yang sering baca Al-Qur'an asli mungkin agak asing dengan keberadaan Aplikasi Al-Qur'an atau Al-Qur'an digital. Memang sekarang banyak bermunculan aplikasi seperti ini dan menawarkan benefit masing-masing. 



Dulu sempat 2 kali coba aplikasi Al-Qur'an digital hingga keputusan terakhir jatuh pada aplikasi "Qur'an Best". Kenapa memilih "Qur'an Best"? Di sini si blogger gak bermaksud endorse tapi real pengalaman pribadi karena sejauh ini nyaman pakai aplikasi ini. 

Lantas apa saja kelebihan dari aplikasi "Qur'an Best"? 

1. Aplikasi tersebut tidak berat dan tidak memakan banyak memori. Tentunya seseorang enggan terganggu saat membaca atau tasmik bacaan al-Qur'an, jadi kenyamanan sangat diperlukan. 

2. Tampilannya seperti al-Qur'an asli sehingga tampak familiar dan enak dilihat, seolah-olah seperti membaca al-Qur'an manual secara langsung. 

3. Ada terjemahan dan Murotalnya. Alhasil kita bisa tasmik dari beberapa rekaman Qori yang sudah tersedia di aplikasi ini. Pilihannya juga cukup banyak. 

Murotal bisa diputar secara offline jika didownload terlebih dahulu. Hal itu berlaku pula untuk tulisan ayat-ayat Al-Quran. Biasanya akan muncul notifikasi yang mengharuskan pengguna mengunduhnya agar bisa dinikmati tanpa koneksi internet.

4. Menyediakan fitur-fitur lain yang bisa berguna untuk menambah ketaatan penggunanya. Fitur menarik di sini, tersedia fitur terjemahan per ayat dan juga tampilan ayat dengan tajwidnya semakin membuat pengguna lebih mudah membaca, tadabbur al-Qur'an dan mendalami tajwid. 


Fitur lain diantaranya: 
-Artikel islami
-Al-Ma'tsurat (Doa dzikir pagi dan petang),
-Macam-macam dzikir (sayyidul istighfar, Asmaul Husna hingga dzikir dan doa selepas sholat)
-Sedekah lewat transfer (tidak ada batasan nominal, bahkan Rp.10.000,- pun juga diperbolehkan). 
-Notifikasi dan jadwal sholat (bisa terdengar suara adzan jika tidak dibisukan). 
-Fitur "Berdoa" seperti kalian buat status di sosial media lalu diaminkan oleh para pengguna dengan cara like, komen atau dibatin juga boleh. 


5. Ada pembatas sehingga bisa tahu di mana letak ayat yang terakhir dibaca pengguna. 

6. Bisa mengetahui rekap jumlah halaman yang sudah pengguna baca di hari itu. Misal: kalian sudah baca beberapa lembar sampai tidak bisa menghitung halamannya, maka secara otomatis akan terbaca dan muncul total jumlah halaman yang dibaca. Bahkan ketika membuka aplikasi selalu diingatkan "Sudahkah baca al-Qur'an hari ini?" 

7. Ada fitur yang sebenarnya kalau diterapkan bisa menambah manfaat dan motivasi penggunanya. Fitur tersebut menawarkan "poin" dari setiap halaman/ayat yang dibaca. Jadi semakin banyak membaca al-Qur'an makan akan semakin bertambah juga poinnya. Lalu poin itu bisa ditukar dengan beberapa barang atau voucher. Sekarang ini, fiturnya belum berlaku dan masih dalam proses perbaikan. 

Ternyata banyak juga manfaat yang bisa pengguna dapatkan ketika memakai aplikasi "Qur'an Best". Setiap kelebihan, juga terdapat kekurangan: 

1. Kesulitan mencari surat dan ayat secara spesifik. Misal: kalian ingin mencari surat An-Nisa ayat 25. Maka kalian hanya bisa ketik di kolom pencarian dengan kata "An-Nisa" dan ayatnya dicari secara manual alias scroll ke kanan satu per satu. Tentu bagi sebagian orang merasa kurang efisien. 

2. Perlu download ayat dan murotal supaya pengguna bisa menggunakan tanpa terhubung koneksi internet. Kalau hanya download ayat-ayatnya mungkin tidak terlalu butuh banyak memori. Untuk murotal mungkin memerlukan space sedikit banyak. Sejauh ini memori masih terjangkau. 

3. Notifikasi iklan atau informasi yang kerap mengganggu. Apalagi muncul di awal saat membuka aplikasi. Mungkin perlu dikurangi saja iklan atau pemberitahuannya. Terkadang pengguna membuka/ klik banner tanpa sengaja. 

Cukup sekian artikel kali ini, semoga bisa bermanfaat dan menambah wawasan para pengunjung blog... 

Terima kasih sudah berkunjung :)

Mumpung masih bulan Syawal, si blogger/penulis mengucapkan "Taqobballahu Minna wa Minkum, minal aidzin wal faidzin" 

Wednesday, 16 April 2025

Apa Kesibukannya Sekarang?

Mendengar pertanyaan "Kesibukanmu sekarang apa?" Sontak membuat diri ini bingung harus menjawab bagaimana. Masalahnya definisi 'kesibukan' setiap orang itu berbeda-beda. Ada yang bermaksud menanyakan pekerjaan atau profesi, namun juga bisa bermakna lain (dalam artian mengisi waktu luang). 
Terlepas dari itu, bingung menjawab karena punya kesibukan yang boleh diketahui banyak orang, ada pula kesibukan tertentu hanya boleh diketahui orang tertentu dan kesibukan yang ingin disembunyikan (privasi). 

Kesibukan yang boleh diketahui banyak orang menurutku adalah kesibukan dimana orang-orang bisa melihat secara nyata atau sebelumnya sudah diketahui orang-orang tertentu di dunia nyata. Misal tahun ini mulai nitip makanan dan camilan untuk dijual di warung. Produktif secara finansial alias mendatangkan penghasilan meski hanya receh. Di satu sisi juga orang-orang, tetangga serta saudara sudah banyak tahu mengenai hal tersebut.

Kesibukan yang hanya boleh diketahui oleh orang-orang tertentu, misalnya: kesibukan datang ke kajian. Intinya kesibukan ini tidak menghasilkan uang tapi punya manfaat tersendiri. 

Kesibukan bersifat privasi karena masih sibuk dalam berproses. Kadang kesibukan ini bisa mendatangkan cuan tapi hanya kadang-kadang dan bersifat sangat sedikit sekali. Misal: buat template video di Capcut. Mungkin ada orang mengira, si creator ini sudah kaya karena banyak template pro. Padahal realitanya tidak demikian. Jadi intinya kesibukan yang menimbulkan persepsi "abu-abu". Kalaupun cerita, kesibukan membuat template itu hanya sebatas hobi. Bahkan saudara, tetangga, teman dan kakak kandung sendiri tidak tahu akan hal ini, keculai jika mereka mencari tahu sendiri.

Makanya ketika dapat pertanyaan mengenai kesibukan seringkali bingung jawab kesibukan yang mana. Memang diantara kesibukan-kesibukan tadi belum membuatku jadi kaya tapi setidaknya bisa mengalihkan diri ini dari rasa 'haus validasi', menetralkan emosi dan bisa menghibur diri.

Mungkin pengalaman hidup dan cobaan bertubi-tubi mampu mengubah cara pandang seseorang. Saat orang sudah berdamai dengan diri sendiri, fokus memperbaiki diri maka berbagai kebaikan akan datang sendiri. 

Dulu sempat punya hobi menggambar dan fotografi tapi sekarang tampaknya kedua hobi tersebut mulai jarang dilakukan. Meski terkadang ada kerinduan tersendiri ingin menerapkannya kembali. Semenjak momen kehilangan itu, perlahan aktivitas yang dulu disukai, kini mulai tergerus. 

Friday, 11 April 2025

Beruntungnya Orang Rebahan di Akhir Zaman

Pernah dengar suatu hadits "Orang yang tidur lebih baik daripada orang yang duduk. Yang duduk lebih baik dari orang berdiri. Yang berdiri lebih baik daripada orang berjalan. Yang berjalan lebih selamat dari orang yang berlari" HR Bukhori Muslim

Begitu dahsyatnya godaan serta fitnah akhir zaman hingga muncul perumpamaan seperti yang disebutkan. Menekankan bahwa semakin ke sini tantangan semakin banyak. Di satu sisi sifat "amanah" dalam diri manusia perlahan dicabut sedikit demi sedikit. Itulah kenapa marak penipuan saat ini. 

Berbagai tuntutan finansial, sosial dan sejenisnya juga ikut andil dalam membentuk peradaban masa kini. Hidup saling berkompetisi sampai sikut sana sini. Flexing tiada henti, semakin haus validasi. 

Di tempat lain ada beberapa orang sedang berjuang mengais rejeki demi kebutuhan tercukupi. Sebagiannya lagi mencari cuan guna memperturutkan gengsi.

Lalu apa kaitannya dengan orang yang hobi rebahan? Mungkin manusia-manusia ini terlihat tidak memberi sumbangsih apapun di tengah masyarakat. Bisa jadi dianggap sebagai beban hidup di keluarga atau perkampungan. Tapi siapa sangka? Malah menjelang akhir zaman, orang-orang rebahan justru terselamatkan.

Menjelang akhir zaman, tanda-tanda mendekati hari Kiamat mulai bermunculan. 

Masih ingat masa pandemi? Orang-orang berdiam diri di rumah ternyata memberikan manfaat. Begitu juga dengan keadaan akhir zaman dimana banyaknya fitnah merajalela. Hadits tadi adalah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan keadaan sebenarnya. 

Jika tidak mampu bertanggungjawab lebih baik tidak berkecimpung sama sekali. Setiap kenikmatan pasti ada resikonya. Nah, terkadang banyak orang termakan oleh kesenangan semu atau sementara. 

Ketika sudah terperangkap oleh satu fitnah dunia, maka tidak dapat dipungkiri bisa membuka peluang munculnya fitnah lain. Ibarat seperti lingkaran setan yang tiada ujungnya. 

Apalagi menilik kondisi finansial sebuah negara, kasus korupsi dimana-mana, banyak phk dan pengangguran, kesulitan mendapatkan pekerjaan serta akses membuka lapangan kerja, bahkan ketika mencoba buka usaha mandiri. 

"Beruntungnya jadi orang rebahan" kalimat ini sebaiknya tidak ditelan mentah-mentah. Bisa jadi alibi orang untuk bermalas-malasan dan ingin memuaskan keegoisan diri. 

Gambaran betapa bahayanya fitnah akhir zaman bahkan seseorang bisa terkena juga meskipun tidak keluar rumah karena adanya sosial media. Itulah kenapa semakin sedikit peran atau bahkan ketika datang masa tersebut, perlu menjaga diri sendiri beserta keluarga. 

Dalam hadits tentang akhir zaman juga disebutkan, akan datang dimana kebaikan dan keburukan sulit dibedakan. Bisa jadi seseorang yang sebenarnya baik, ilmunya juga benar tapi ternyata malah mendapatkan perlakuan dan fitnah keji. Sedangkan sosok manipulatif punya panggung tersendiri sekaligus mampu mengambil hati. Terlebih lagi dijadikan panutan.