Sunday, 28 September 2025
Buah Simalakama Kelompok Kelas Menengah
Friday, 25 July 2025
Mindset yang Membuatmu Tidak Iri dengan Nikmat Orang Lain
Di dunia serba modern ini, cukup mudah melihat kehidupan orang lain lewat story dan postingan sosial media mereka. Ada yang membagikan momen bahagia, promosi jualan hingga aktivitas-aktivitas lainnya.
Terkadang ketika muncul konten-konten keseharian mereka, respon setiap orang berbeda-beda. Ikut bahagia atau tambah berduka? Apalagi ketika seseorang tanpa sadar membandingkan nikmat orang lain dengan kehidupannya sendiri. Maka muncul berbagai penyakit hati seperti iri dengki. Lantas siapa yang paling rugi? Tentunya diri sendiri.
Pernahkah berpikir bahwa konten bahagia di sosial media tidak selalu menggambarkan bahwa realitanya benar-benar bahagia? Siapa tahu dibalik kemewahan yang diposting ternyata masih terjerat hutang? Kita tak pernah tahu isi pikiran dan kehidupan orang sedalam-dalamnya. Kalaupun kehidupan mereka memang kenyataan bahagia seutuhnya, toh sudah jadi bagian dari jatah hidupnya.
Kalau ingin merenungkan sejenak, sadarkah ketika seseorang mendapat suatu nikmat pasti juga sepaket bersama risikonya. Nah, anehnya kebanyakan orang enggan menanggung risiko tapi hanya mau dapat kesenangannya saja.
"Urusan frustrasi dipikir nanti, yang penting sekarang bisa happy"
Begitulah kalimat menghibur diri tapi sebenarnya rentan membawa seseorang ke dalam jurang depresi. Tahu kan kenapa sekarang banyak isu kesehatan mental? Mungkin itu salah satu dari sekian faktor pendukung yang mempengaruhi kesehatan mental, yaitu kurang mengenali/ sadar diri.
Setiap keputusan perlu dipikirkan secara matang agar nanti tidak berujung pada keputus asaan.
Menurut seorang pakar filsafat, Fahrudin Faiz, kunci hidup tenang adalah tahu diri dan tahu batas.
Syukuri apa yang kita miliki saat ini supaya nantinya tidak menyesali. Hanya karena kita fokus terhadap nikmat orang lain, kita jadi enggan menerima nikmat yang sudah Allah berikan. Maka lambat laun muncul rasa iri, dengki dan ketika sudah terjangkiti akan dominan 'menyakiti' (entah diri sendiri maupun orang lain).
Perihal penyakit hati memang sulit dihilangkan tapi bukan berarti tidak bisa hilang sama sekali. Semua butuh proses, asal mampu bersabar dan perlahan menerima kenyataan.
Lantas bagaimana caranya agar bisa meredam rasa iri?
1. Mencoba paham dengan konsep bahwa roda kehidupan itu berputar, tidak selamanya berada di bawah, pasti ada saatnya seseorang menemui puncak kesuksesannya, baik di dunia maupun akhirat.
2. Ketika melihat kebahagiaan orang lain di kehidupan nyata atau postingan di sosial media, hendaknya tidak terburu-buru dalam menilai. Bisa saja dibalik keceriaan dan kesenangan yang mereka bagikan, tersimpan perasaan tertekan atau pernah punya masa kelam. Kita tidak tahu kehidupan mereka seutuhnya. Mereka mungkin pandai menyembunyikan kesedihan mereka.
3. Fokus pada perbaikan diri, bukan membandingkan diri dengan nikmat orang lain karena hal itu bisa menciptakan rasa iri.
Jika ingin membandingkan, maka bandingkan kehidupan diri kita sendiri dengan kehidupan kita sebelumnya. Jadi setiap harinya termotivasi untuk berusaha lebih baik lagi, upgrade kualitas diri dan senantiasa koreksi (muhasabah) diri.
4. Ingatlah bahwa setiap 'nikmat' yang didapat, nantinya akan dimintai pertanggungjawaban di dunia dan akhirat kelak. Coba sesekali ketika lihat nikmat orang, lihat pula risikonya.
Misal: kamu melihat orang punya mobil mewah, lalu muncul hasrat ingin memiliki. Sejenak, coba pikirkan bagaimana konsekuensi ke depannya harus bayar pajak, perawatan, hingga risiko jika terjadi kerusakan. Belum lagi hidup itu berputar, kadang di atas kadang di bawah. Ada suatu masa di mana seseorang mengalami fase keterpurukan finansial di masa depan. Apa tidak bingung harus membayar pajak? Kalaupun ingin menjual, dapat pembeli juga tidak mudah.
Dengan memikirkan risiko dan mengukur kemampuan diri (alias sadar diri), maka otomatis rasa iri itu tidak muncul atau malah menghilang jika sebelumnya sempat terbesit iri dengki.
Maka sebelum membuat keputusan, salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana respon kita terhadap risiko kegagalan atau ketidaknyamanan? Apakah kita bisa menerima secara lapang dada? Apakah kita akan menyalahkan orang lain atau keadaan ketika mendapati sebuah masalah? Coba pikirkan kembali
5. Rejeki yang sudah tertakar tidak akan tertukar. Setiap orang punya jatah rejekinya masing-masing. Poin ini juga bisa dikaitkan dengan poin sebelumnya, yaitu "Setiap nikmat akan dimintai pertanggungjawaban".
Manusia hanya bisa ikhtiar dan berdoa, hasilnya serahkan pada Yang Maha Kuasa. Dalam kitab at Tadzkirah, selama seseorang masih hidup berarti masih punya jatah rejeki.
Ketika keimanan seseorang sudah kuat serta berpegang teguh pada janji Allah, maka hati menjadi lebih tenang dalam menjalani kehidupan.
Orang yang beruntung itu tidak terkenal di dunia, tidak hidup dalam ekspetasi orang lain, tidak mendapat tekanan sosial, tenang, bisa lebih bebas eksplor aktivitas yang positif, tidak termakan oleh omongan negatif orang, tidak termakan ambisi yang menyesatkan, tidak haus validasi, tidak sibuk klarifikasi sana-sini, sudah berdamai dengan diri sendiri, punya batasan diri dan selalu merasa cukup atas rejeki yang sudah diberi.
Ketika terpuruk bersabar, ketika dapat nikmat selalu bersyukur.
Cukup sekian dulu ya... kapan-kapan disambung lagi jika mau meluangkan waktu hehe...
Semoga bermanfaat....
Monday, 26 May 2025
Hidup Seperti Orang Asing
Thursday, 15 May 2025
Al-Qur'an dan Pengaruh Bagi Kehidupan Seseorang
Al-Qur'an merupakan kitab umat beragama Islam, sebagai pedoman serta petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Awalnya Al-Qur'an turun secara berangsur-angsur dan ditulis di beberapa media seperti batu, pelepah dan sebagainya. Pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan, Al-Qur'an mulai dibukukan. Hal ini mempermudah bagi generasi penerusnya dalam mempelajari, mentadabburi setiap ayat-ayat dalam Al-Qur'an.
Al-Qur'an tidak hanya menjadi pedoman atau petunjuk, bisa juga sebagai (syifa') obat. Biasanya ayat ruqyah yang familiar adalah surat Al-Baqarah, ayat kursi (di dalam surat Al-Baqarah), Al-fatihah hingga ayat-ayat lainnya.
Manfaat dirasakan tanpa sadar oleh orang-orang yang rutin membaca setiap bacaan ayat-ayat al-Qur'an dengan hikmat dan khusyuk. Apalagi jika mengetahui arti hingga mengamalkannya, maka semakin merasa tenang dalam menyikapi kehidupannya.
Meskipun ada beberapa orang hanya membaca, belajar membaca rutin tanpa mengetahui artinya, apakah berpengaruh terhadap kondisi seseorang? Menurut pengalaman seseorang, konsisten membaca Al-Qur'an setiap hari memberikan efek ketenangan tersendiri. Di satu sisi, tidak terjajah oleh keinginan-keinginan duniawi yang tiada habisnya.
Keinginan manusia itu bercabang hingga seringkali tidak bisa dibedakan antara keinginan sesaat dan kebutuhan mendesak. Orang yang benar-benar Istiqomah dan membaca Al-Qur'an atas dasar niat mendapat ridlo Allah, tanpa sadar keinginan-keinginan tersebut menjadi terarah dan tepat sasaran. Intinya membuat seseorang menjadi merasa cukup atau lebih bersyukur karena keberkahan hadir dalam hidupnya.
Tanda Allah mencintai seorang hamba, salah satunya ditambahkan rasa syukurnya dan dicukupkan keinginannya. Misal: seseorang yang terbiasa naik motor. Ketika melihat ada tetangganya yang beli mobil baru dan mengendarainya, maka dirinya juga biasa-biasa saja, tidak timbul rasa iri dan rasa ingin mempunyai mobil baru juga. Ia sudah merasa cukup naik motor, meskipun motornya tidak bagus. Ia sudah merasa cukup akan kehadiran motor, selama motor masih bisa dikendarai dan membuatnya nyaman.
Selain itu, membaca Al-Qur'an dapat menenangkan hati, menstabilkan emosi yang semula muncul perasaan kesal, amarah hingga kesedihan berkepanjangan.
Sebenarnya Al-Qur'an bisa jadi pertanda bersih atau tidaknya hati seseorang. Semakin bersih hati orang tersebut maka semakin timbul keinginan untuk selalu membaca ayat-ayat al-Qur'an. Seolah-olah Al-Qur'an seperti memanggil orang tadi agar membaca Al-Qur'an secara terus-menerus alias betah, nyaman hingga tak terasa sudah membaca 1 juz atau bahkan lebih.
Apabila Al-Qur'an sudah melekat pada diri seseorang maka hal-hal bersifat kemewahan, keduniaan hingga haus validasi akan berangsur berkurang. Atas izin Allah, membuat orang itu tidak terlalu melekat dengan perhiasan-perhiasan dunia.
"Jika kamu tertekan atau mulai merasa terhasut akan kemewahan atau keduniaan, ambil jeda waktu 1 jam untuk Al-Qur'an"
Maksudnya luangkan waktu untuk membaca, mendengarkan, mentadabburi, dan benar-benar hadir di waktu itu juga. Sejenak lupakan segala permasalahan. Siapa tahu? Ketika kamu 'me time' dengan Al-Qur'an, kamu bisa 'tercerahkan'. Pikiran kembali jernih sehingga muncul banyak ide atau mendadak dapat solusi. Amalan lain yang dapat mendukung pendamaian jiwa adalah berdoa, mengkaji ilmu dan sholat khusyuk.
Sekian dulu, bila ada waktu mungkin akan dilanjutkan kembali tulisannya...
Smoga sedikit artikel ini bisa membantu ya... Terima kasih sudah berkunjung, semoga Alloh selalu memberikan hidayah, Rahmat dan taufiq-Nya....
Saturday, 19 April 2025
Rekomendasi Aplikasi Al-Qur'an Digital Lengkap dan Mudah Digunakan
Wednesday, 16 April 2025
Apa Kesibukannya Sekarang?
Friday, 11 April 2025
Beruntungnya Orang Rebahan di Akhir Zaman
Pernah dengar suatu hadits "Orang yang tidur lebih baik daripada orang yang duduk. Yang duduk lebih baik dari orang berdiri. Yang berdiri lebih baik daripada orang berjalan. Yang berjalan lebih selamat dari orang yang berlari" HR Bukhori Muslim
Begitu dahsyatnya godaan serta fitnah akhir zaman hingga muncul perumpamaan seperti yang disebutkan. Menekankan bahwa semakin ke sini tantangan semakin banyak. Di satu sisi sifat "amanah" dalam diri manusia perlahan dicabut sedikit demi sedikit. Itulah kenapa marak penipuan saat ini.
Berbagai tuntutan finansial, sosial dan sejenisnya juga ikut andil dalam membentuk peradaban masa kini. Hidup saling berkompetisi sampai sikut sana sini. Flexing tiada henti, semakin haus validasi.
Di tempat lain ada beberapa orang sedang berjuang mengais rejeki demi kebutuhan tercukupi. Sebagiannya lagi mencari cuan guna memperturutkan gengsi.
Lalu apa kaitannya dengan orang yang hobi rebahan? Mungkin manusia-manusia ini terlihat tidak memberi sumbangsih apapun di tengah masyarakat. Bisa jadi dianggap sebagai beban hidup di keluarga atau perkampungan. Tapi siapa sangka? Malah menjelang akhir zaman, orang-orang rebahan justru terselamatkan.
Menjelang akhir zaman, tanda-tanda mendekati hari Kiamat mulai bermunculan.
Masih ingat masa pandemi? Orang-orang berdiam diri di rumah ternyata memberikan manfaat. Begitu juga dengan keadaan akhir zaman dimana banyaknya fitnah merajalela. Hadits tadi adalah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan keadaan sebenarnya.
Jika tidak mampu bertanggungjawab lebih baik tidak berkecimpung sama sekali. Setiap kenikmatan pasti ada resikonya. Nah, terkadang banyak orang termakan oleh kesenangan semu atau sementara.
Ketika sudah terperangkap oleh satu fitnah dunia, maka tidak dapat dipungkiri bisa membuka peluang munculnya fitnah lain. Ibarat seperti lingkaran setan yang tiada ujungnya.
Apalagi menilik kondisi finansial sebuah negara, kasus korupsi dimana-mana, banyak phk dan pengangguran, kesulitan mendapatkan pekerjaan serta akses membuka lapangan kerja, bahkan ketika mencoba buka usaha mandiri.
"Beruntungnya jadi orang rebahan" kalimat ini sebaiknya tidak ditelan mentah-mentah. Bisa jadi alibi orang untuk bermalas-malasan dan ingin memuaskan keegoisan diri.
Gambaran betapa bahayanya fitnah akhir zaman bahkan seseorang bisa terkena juga meskipun tidak keluar rumah karena adanya sosial media. Itulah kenapa semakin sedikit peran atau bahkan ketika datang masa tersebut, perlu menjaga diri sendiri beserta keluarga.
Dalam hadits tentang akhir zaman juga disebutkan, akan datang dimana kebaikan dan keburukan sulit dibedakan. Bisa jadi seseorang yang sebenarnya baik, ilmunya juga benar tapi ternyata malah mendapatkan perlakuan dan fitnah keji. Sedangkan sosok manipulatif punya panggung tersendiri sekaligus mampu mengambil hati. Terlebih lagi dijadikan panutan.

